Menggenggam Masa Depan “Menciptakan Sosok Guru yang Memerdekakan”

Dalam setiap perjalanan hidup, ada sosok-sosok yang menandai langkah kita dengan pelajaran berharga. Di antara mereka, guru adalah sosok yang paling berpengaruh, layaknya bintang penuntun di malam gelap. Pengalaman saya selama bersekolah dan mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) telah memperkaya pandangan saya tentang sosok guru masa depan, guru yang bukan hanya mengajarkan, tetapi juga membebaskan dan memberdayakan siswa untuk menjelajahi dunia mereka sendiri.

Refleksi Pengalaman Sekolah

Di bangku sekolah , saya beruntung memiliki guru-guru yang laksana pelukis ulung, mampu menciptakan lukisan pengetahuan yang indah. Salah satunya adalah guru Biologi pada saat SMA yang mengajarkan kami belajar lebih bermakna dengan menghadirkan media pembelajaran yang dapat membantu pemahaman . Dia menciptakan suasana kelas yang hidup melalui diskusi interaktif , ice breaking yang asik dan enjoy dan melakukan percobaan didalam maupun diluar kelas dengan benda-benda konkret. Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa guru yang inovatif dapat mengubah pembelajaran menjadi petualangan yang penuh warna.

Namun, tidak semua pengalaman itu cerah. Ada kalanya saya menghadapi guru yang terjebak dalam rutinitas, lebih fokus pada penyampaian materi ketimbang mendengarkan suara hati siswa. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa seorang guru tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan ilmu, tetapi juga untuk mendengar dan memahami kebutuhan siswa. Dari sini, saya mulai membayangkan sosok guru masa depan yang lebih empatik dan responsif—seperti teman yang selalu siap mendengarkan.

Pengalaman di Pendidikan Profesi Guru

Melanjutkan perjalanan ke Pendidikan Profesi Guru, saya menemukan mata kuliah yang menjadi peta untuk menjelajahi dunia pendidikan yang lebih dalam. Salah satu mata kuliah yang paling berkesan adalah “Filosofi Pendidikan Indonesia” yang diampu oleh Bapak M. Fauzuddin, M,Pd. Dalam perkuliahan ini memberikan wawasan mendalam tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam budaya kita. Dalam perkuliahan ini, kami belajar tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai proses memerdekakan individu. Salah satu kutipan yang sangat mengena bagi saya adalah, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,” yang berarti bahwa seorang pemimpin harus memberi contoh, sementara di tengah masyarakat, mereka harus membangkitkan semangat.Pengalaman ini membuka mata saya bahwa pembelajaran yang terhubung dengan kehidupan nyata siswa adalah kunci untuk menciptakan motivasi. Guru masa depan harus mampu merangkul dunia siswa, menjadikan pembelajaran sebagai jembatan menuju pengalaman nyata yang bermakna. Seperti seorang navigator yang menunjukkan arah kepada para penjelajah.

Dalam praktik pembelajaran, kami diajarkan untuk merancang kegiatan yang berfokus pada siswa. Misalnya, dalam sebuah proyek, kami diminta untuk mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam pembelajaran. Kami mengajak siswa untuk melakukan penelitian tentang budaya setempat, menggali kearifan lokal, dan menyajikannya dalam bentuk presentasi. Melalui pengalaman ini, saya menyadari bahwa guru masa depan harus mampu menghubungkan pembelajaran dengan konteks lokal, sehingga siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki makna dan relevansi dalam kehidupan sehari-hari.

Mata kuliah tersebut juga mengajarkan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Melalui simulasi mengajar, saya merasakan tantangan dalam membangun hubungan positif dengan siswa yang memiliki latar belakang berbeda. Saya belajar bahwa setiap siswa memiliki potensi unik yang perlu dihargai dan dikembangkan. Dalam hal ini, guru masa depan harus menjadi penggali potensi, memberikan ruang bagi siswa untuk berekspresi dan berinovasi.

Penggambaran Sosok Guru Masa Depan

Sosok guru masa depan yang saya impikan adalah pendidik yang inovatif, empatik, dan pemberdaya. Mereka harus menjadi arsitek pembelajaran, merancang pengalaman yang menarik dan relevan. Misalnya, penggunaan teknologi dan alat digital untuk menciptakan pembelajaran interaktif dapat menjadikan siswa sebagai penjelajah aktif dalam proses belajar.

Ini sudah saya lakukan pada PPL I PPG di UPT SDN 07 Bangkinang, yang mana saya merancang pembelajaran dengan berbasis teknologi dan alat digital dan menyesuaikan pembelajaran dengan minat belajar dan karakteristik siswa.

Guru masa depan juga harus berperan sebagai pendengar yang baik. Dengan memahami kebutuhan dan perasaan siswa, mereka dapat membangun jembatan kepercayaan yang kokoh. Dalam hal ini, pengalaman di PPG mengajarkan saya bahwa komunikasi yang baik adalah benang emas yang menyatukan hati guru dan siswa. Pada saat PPL saya berusaha menjadi pendengar yang baik bagi anak didik saya, mereka kerap menceritakan keluhan dalam belajar.

Selain itu, sosok guru yang memerdekakan adalah mereka yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mandiri. Melalui proyek dan penelitian, siswa dilatih untuk menjadi pemecah masalah yang handal. Guru harus memberikan ruang bagi siswa untuk bereksplorasi dan berinovasi, seperti seorang pelukis yang memberi kanvas kosong kepada senimannya untuk menciptakan karya yang unik.

Kesimpulan

Pengalaman saya selama bersekolah dan mengikuti Pendidikan Profesi Guru telah membentuk pandangan saya tentang sosok guru masa depan. Saya percaya bahwa guru yang ideal adalah mereka yang mampu menginspirasi, memberdayakan, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Dengan pendekatan yang inovatif dan empatik, guru masa depan dapat mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Melalui pengalaman belajar yang menyenangkan dan relevan, kita dapat menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan di masa depan, seperti burung yang siap terbang tinggi meraih langit.

Daftar Rujukan

Dewantara, Ki Hadjar. Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka, 1938.

Sudjana, N. (2010). Metode Pengajaran yang Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Dardiri, D. (2015). Pengelolaan Kelas untuk Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif. Jakarta: Rajawali Pers.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *