Masa sekolah merupakan lembaran cerita yang penuh warna, tempat di mana saya menorehkan kenangan yang akan selalu diingat. Di antara berbagai kisah yang terpatri, ada satu momen yang selalu terlintas dalam ingatan saya, memberikan pelajaran berharga yang tak ternilai. Kisah ini terjadi saat saya duduk di bangku kelas dua SMA, dalam sebuah perjalanan sederhana yang ternyata penuh makna.
Beliau merupakan sosok guru yang luar biasa dan menginsprasi serta mengukir senyum dan mengucap syukur ketika mengingatnya. Beliau tidak hanya sekedar mengajar, namun juga mendidik, menanamkan rasa percaya diri bahwa setiap siswa mempunyai keunikannya sendiri dan mampu menjalankannya. Beliau merupakan seorang guru bahasa Inggris yang mana mata pelajarannya yang tidak saya sukai dan kuasai, tetapi beliau selalui memberikan semangat dan motivasi untuk saya bahwa saya bisa dan akan fasih dalam berbahsa inggris jika saya ikhlas dalam belajar. Hal yang membuat saya terkesima hingga saat ini kepada beliau ketika saya dihadapkan dalam sebuah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut adalah untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi akan tetapi harus siap meninggalkan orang tua. satu pesan beliau kepada saya “Ikuti mau orang tua kamu, selagi orang tua ridho maka Allah akan ridho dan jalan kamu menuju kesuksesan akan semakin mudah”. Dan luar biasanya saya mengikuti saran beliau dan saya merasakan mukjizat luar biasa yang tak pernah saya kira sebelumnya.
Melalui Pendidikan Profesi Guru, pemahaman saya terkait pendidikan semakin mendalam, terutama setelah mempelajari mata kuliah Filosofi Pendidikan dengan dosen pengampu Moh, Fauziddin, M.Pd yang mana beliau merupakan salah satu dosen inspriratif bagi saya. Cara mengajar beliau yang menyenangkan dan kebaikan hati yang beliau miliki menjadi motivasi bagi saya. Mata kuliah ini membuka cakrawala saya dalam memahami tujuan pendidikan yang sejati bukan hanya sekedar transfer pengetahuan, melainkan sebuah proses pembentukan karakter dan kepribadian. Selama proses pembelajaran, saya semakin memahami sosok Ki Hadjar Dewantara, “Bapak Pendidikan Nasional”, yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum melalui prinsip-prinsipnya yang terkenal, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.” Selama sekitar satu bulan ini, saya mengalami begitu banyak momen yang berkesan. Baik dari pengalaman yang dibagikan oleh dosen yang luar biasa maupun dari interaksi dengan teman-teman sesama mahasiswa Pendidikan Profesi Guru.
Saat ini saya sedang menjalani perkuliahan Pendidikan Profesi Guru untuk menigkatkan kompetensi saya supaya menjadi guru profesional kedepannya. dan juga saat ini saya sedang menjalani Praktik Pengalaman Lapangan 1 di UPT SDN 005 Langgini. Pada saat pelaksanaan PPL pemahaman saya tehadap peserta didik semakin mendalam, seperti yang telah Bapak Ki Hajar Dewantara sampaikan bahwa setiap anak memiliki potensi dan karakteristik unik yang harus dikembangkan melalui pendidikan yang sesuai dengan kodrat alam dan kemerdekaan mereka. Hal ini relevan dengan keadaan yang saya alami dilapangan, setiap peserta didik memiliki kemampuan dan gaya belajar yang berbeda. Sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi saya kedepannya agar kebutuhan peseta didik tesebut dapat tepenuhi. Sehingga menurut saya sosok guru masa depan tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai inspirator, inovator, dan pelaku perubahan yang mampu membentuk generasi masa depan yang kompeten, kritis, dan berkarakter.
Melalui pengalaman saya selama PPG dan refleksi mendalam tentang Filosofi Pendidikan saya meyakini guru masa depan memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan zaman, terutama di tengah perkembangan pesat teknologi dan informasi. Mereka bukan lagi sekadar pengajar di kelas, melainkan juga pembimbing, fasilitator, dan inspirator bagi para siswa. Untuk itu, sosok guru masa depan perlu memiliki kompetensi yang lebih luas dan mendalam, serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Pada intinya, sosok guru masa depan adalah figur yang inovatif, adaptif, dan kolaboratif. Dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya, guru tidak hanya menjadi agen transformasi dalam dunia pendidikan, tetapi juga pencetak generasi yang siap bersaing secara global. Melalui bimbingan mereka, diharapkan para siswa tidak hanya menjadi cerdas secara akademis tetapi juga berkarakter unggul yang siap menghadapi tantangan dunia di masa mendatang.