Cara gampang mengajar anak tunarungu dengan metode pengajaran oral berkomunikasi dalam sebuah lingkungan yang memungkinkan anak tunarungu terjadi sebuah pembelajaran. Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi sehingga orang sekitarnya harus mampu memberikan rangsangan agar anak dapat berkomunikasi dengan baik.
Keterbatasan utama yang dialami anak tunarungu adalah terhambatnya kemampuan berbahasa dan berbicara sehingga dalam memberikan layanan pendidikan, seharusnya perlu dipahami metode komunikasi yang dapat dimengerti anak tunarungu. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan atau diajarkan dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu yaitu salah satunya dengan metode oral.
Metode Oral
Cara gampang mengajar anak tunarungu dengan metode oral merupakan cara melatih anak tunarungu untuk berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Pendekatan oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan membaca ucapan. Metode oral difokuskan pada pemanfaatan sisa pendengaran yang mungkin masih dimiliki anak tunarungu melalui pertolongan alat bantu dengar dan pelatihan khusus. Untuk melatih anak tunarungu menggunakan metode oral, perlu adanya partisipasi dari orang-orang sekelilingnya dengan melibatkan anak tunarungu bicara secara lisan dalam setiap kesempatan.
Selain itu, untuk keberhasilan penggunaan metode oral, perlu diterapkannya prinsip cybernetic/umpan balik, yaitu prinsip yang menekankan suatu pengontrolan diri. Setiap organ gerak bicara yang menimbulkan bunyi, dirasakan dan diamati. Sehingga hal tersebut akan memberikan umpan balik terhadap gerakannya yang akan menimbulkan bunyi selanjutnya.
Metode oral belumlah cukup untuk menjadi syarat anak dapat bicara dengan baik. Hal ini disebabkan yang terpenting ialah dimilikinya suatu gambaran psikis tentang bicaranya sendiri. Anak tunarungu harus menghayati gerak otot pada organ bicaranya dan juga kesadaran pada gerak mulutnya sewaktu bicara. Maka dari itu, diperlukan cermin yang bukan hanya untuk mengamati gerak mulut pelatih/guru, tetapi juga mengamati gerak mulutnya sendiri.
Bila anak tunarungu memiliki kebiasaan mengamati gerak mulutnya pada cermin sewaktu ia berbicara. Maka ia akan mampu membayangkan dirinya untuk berbicara tanpa cermin. Cermin ini dalam kehidupan nyatanya dapat dibantu oleh orang sekitarnya untuk memberikan panduan atau gerakan tiruan untuk dapat diamati oleh anak tunarungu itu sendiri. Sehingga anak tunarungu dapat mengerti maksud gerakan atau cerminan yang orang lakukan untuk dirinya.