Cara Gampang Mengenali Ciri Anak Tunarungu

Cara gampang mengenali ciri anak tunarungu menjadi bagian dalam sebuah pembelajaran di pendidikan laur biasa. Kondisi anak tunarungu menyebabkan penderitanya memiliki karekteristik yang khas, berbeda dengan anak normal pada umumnya. Oleh sebab itu, anak tunarungu dalam pembelajaran mendapatkan asuhan dan pengajaran berbeda dari anak normal. Berikut ini akan dijelaskan ciri-ciri anak tunarungu berdasarkan derajat ketulian dan aspek sosial serta emosional.

baca juga:Cara Gampang Berfikir Terbuka tentang Anak

Daftar Isi

Ciri Anak Tunarungu Berdasarkan Derajat Ketulian

Cara gampang mengenali ciri anak tunarungu bertujuan untuk memberikan stimulus demi peningkatan perkembangannya. Tingkat pendengaran atau derajat ketulian seseorang dapat diukur dengan menggunakan alat audiometer. Sementara pemeriksaannya disebut audiometri. Hasil pengukurannya dinyatakan dalam decibel (dB). Perbedaan derajat ketulian berimbas pada perbedaan ciri-ciri atau karekteristik anak-anak penyandang tunarungu. Secara umum, derajat ketulian seseorang dapat dibagi menjadi lima. Berikut pendengaran seseorang berdasarkan derajat ketulian dan ciri-cirinya.

Derajat ketulian 20–30 dB

Derajat ketulian 20–30 dB menunjukkan kehilangan pendengaran tingkat ringan yang mengakibatkan mereka kesukaran mendengarkan nada bicara lemah. Kehilangan kemampuan mendengar 20–30 dB mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1) Sukar mendengar percakapan yang lemah, tetapi tidak mendapat kesulitan dalam suasana kelas biasa asalkan diperhatikan tempat duduknya oleh guru.

2) Tidak mempunyai kelainan bicara.

3) Membutuhkan latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan perkembangan perbendaharaan kata.

Derajat ketulian 30—40 dB

Derajat ketulian 30-40 dB menunjukkan kehilangan pendengaran tingkat sedang. Kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1) Mereka mengerti percakapan biasa pada jarak 1 meter. Mereka sulit menangkap percakapan pada jarak normal dan

kadang-kadang mereka mendapat kesulitan menangkap percakapan kelompok.

2) Percakapan lemah hanya dapat ditangkap 50% dan bila si pembicara tidak terlihat maka yang ditangkap akan lebih sedikit atau di bawah 50%.

3) Mereka mengalami kelainan dalam bicara dikarenakan perbendaharaan kata yang terbatas.

Derajat ketulian 40-60 dB

Derajat ketulian 40–60 dB dalam beberapa referensi juga masih dikatakan mengalami gangguan pendengaran sedang Kehilangan kemampuan mendengar 40–60 dB mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1) Mereka mempunyai pendengaran yang cukup untuk mempelajari bahasa dan percakapan.

2) Memerlukan alat bantu dengar.

3) Mereka sering salah paham, mengalami kesukaran di sekolah umum.

4) Perbendaharaan kata terbatas.

Derajat ketulian 60–70 dB

Derajat ketulian 60–70 dB menunjukkan kehilangan pendengaran tingkat berat yang mengakibatkan mereka kesukaran mendengar nada bicara keras. Kehilangan kemampuan mendengar 60–70 dB mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1) Mereka mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu dengar.

2) Mereka masih bisa mendengar suara yang keras dari jarak yang dekat, misalnya suara klakson mobil atau lolongan anjing.

3) Mereka dapat membedakan huruf hidup tetapi tidak dapat membedakan bunyi-bunyi huruf konsonan.

Derajat ketulian 75 dB ke atas

Derajat ketulian 75 dB ke atas menunjukkan kehilangan pendengaran total yang mengakibatkan mereka tidak mengerti percakapan meski dengan teriak sekalipun. Kehilangan kemampuan mendengar 75 dB ke atas ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut

1) Mereka tidak dapat mendengar sama sekali.

2) Mereka tidak dapat belajar bahasa dan bicara melalui pendengaran walaupun telah menggunakan alat bantu dengar.

3) Mereka memerlukan pengajaran khusus yang intensif di segala bidang tanpa menggunakan mayoritas indra pendengaran.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *