Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan di Sekolah DasarDiramu dari berbagai sumber oleh Dewi Komalasari dan Moh Fauziddin [Universitas Negeri Surabaya]
Berbicara mengenai filsafat dapat sering dipandang sebagai ilmu yang abstrak. Padahal filsafat dengan kehidupan manusia. Sebagian kalangan ada yang kurang meminati karena mengapa sebagai ilmu yang sulit. Akan tetapi Ketika kita mempelajari, kita akan kehilangan ketidakminatan kita. Aktivitas filsafat meningkatkan akal pikiran dalam aktivitas atau itu coba kegiatan ini membutuhkan bahasa sebagai sarana bagi pemahaman terhadap realitas tersebut muncullah berbagai teknis filsafat yaitu subtansi, eksentasi, inspresi dan kategori. istilah ini muncul dalam filsafat di bidang metafisika, epistemologi dan aksiologi.
Daftar Isi
Pengertian Aksiologi
Kalau kita berbicara mengenai filsafat aksiologi tentunya kita harus tahu arti dari filsafat aksiologi. Filsafat dalam bahasa Arab adalah berarti falsafah atau hikmah. Dalam bahasa Yunani adalah filosofi yang berasal dari kata yang mempunyai arti cinta, sopia artinya pengetahuan, sehingga filosofia artinya cinta pengetahuan. Sedangkan aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Axios yang berarti Nilai, Logos artinya teori, jadi aksiologis membahas teori tentang nilai dalam ilmu pengetahuan secara praktis. Nilai yang dimaksud adalah bagaimana manusia melakukan sesuatu dengan berbagai macam pertimbangan. Aksilogi mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai dalam aksiologi adalah hakikat manusia dalam pengetahuan (Aulia, 2021). Senada dengan pengertian ini, Nasir (2021) mengungkapkan pengertian secara etimologi, kata aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu axios yang berarti layak atau pantas dan logos yang berarti ilmu atau studi mengenai. Selain itu, nilai juga berasal dari bahasa latin Valere yang berarti berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku atau kuat yang bermakna kualitas sesuatu hal yang menjadikannya dapat disukai, diinginkan bermanfaat atau menjadi objek kepentingan.
Sedangkan Muliadi (2020) menyimpulkan Aksiologi adalah ilmu yang memberikan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir- akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.
Aksiologis adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda di mana sesuatu hal bisa baik atau buruk dan hubungan antara nilai dan menilai di satu pihak dan dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain
Aksiologi adalah Nilai
Aksiologi secara sederhana berarti nilai guna, sedangkan dalam kajian filsafat, istilah aksiologi biasanya diartikan sebagai suatu bidang (filsafat) yang menyelidiki nilai-nilai (values), termasuk di dalamnya tentang tujuan memperoleh pengetahuan. Ia merupakan salah satu objek filsafat murni yang berfungsi untuk menilai hakikat sesuatu yang berkaitan dengan nilai, baik etika, logika, maupun estetika (Mudyaharjo, 2001).
Aksiologi membahas tentang nilai, yaitu penerapan ilmu pengetahuan Pendidikan yang juga dilaksanakan secara empiris nilai-nilai yang ada dalam dunia pendidikan. nilai bersifat abstrak, karena nilai baik itu berupa abstrak begitu juga dengan nilai buruk (Suriasumantri, 1994). Aksiologi akan terkait dengan nilai (value) atau apakah pengetahuan “bernilai” atau “bebas nilai”, ia juga sering dikaitkan dengan masalah etika. Kedua sisi pertama tidak akan dibahas pada kesempatan ini, namun akan lebih terkait dengan yang ketiga (Muliadi, 2020).
Nilai yang baik adalah sesuatu yang nilai kegunaan atau nilai pengetahuan yang di dalam Teori, nilai itu berkaitan dengan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan manusia. Karena manusia adalah makhluk yang selalu memperjuangkan nilai-nilai contohnya adalah manusia memiliki nafsu. Manusia itu adalah makhluk selalu melakukan tindakan, dan tindakan manusia mengandung nilai-nilai. Keindahan nilai dirasakan dalam diri manusia sendiri yang berupa kebahagiaan dan ketenangan.
Lebih lanjut Muliadi (2020) menyatakan bahwa pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilaibudaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana.
Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu:
Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa sokrates dan para kaum shopis.disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku etika dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suzeno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan diatas adalah norma adat, wejangan dan adatistiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari amnesia itu sendiri adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah illahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan.
Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakan kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
Sedangkan dalam Syahridho & Sutarman, (n.d.) mengkategorikan karakteristik-karakteristik nilai yang berkaitan dengan teroi nilai, antara lain:
Nilai objektif atau subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai subjektif bersifat sebaliknya, jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
Nilai absolut atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolut atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras maupun kelas sosial. Pihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relatif sesuai dengan keinginan atau harapan manusia.
Aksiologi membagi menjadi 3 yaitu : [1] Moral Conduct (tindakan moral) yaitu berkaitan dengan moralitas. karena manusia selalu memperjuangkan nilai-nilai. [2] Estethic Expression (ekspresi keindahan) yaitu nilai keindahan yang dirasakan oleh manusia itu sendiri, seperti keindahan dan kenyamanan. [3] Social-political Life ( kehidupan sosial politik) yaitu nilai dikaitkan nilai kehidupan sosial di dalam masyarakat. nilai dalam budaya itu berbeda-beda. contohnya dalam suatu daerah nilai itu baik, di daerah lain dianggap tabu (A.A. Musyaffa, 2020).
Aksiologi dalam ilmu filsafat memiliki landasan, landasan tersebut diungkapkan dalam buku Wahana (2016) landasan aksiologis menjadi dasar pembahasan untuk menemukan nilai-nilai yang terkait dalam kegiatan ilmiah. Selain nilai kebenaran, perlu disadari adanya berbagai nilai kegunaan yang dapat ditemukan dalam ilmu pengetahuan sebagai implikasinya.
Nilai itu adalah reaksi yang diberikan seseorang dan keberadaannya berdasarkan pengalaman (subyektifitas). Nilai juga dianggap sebagai kenyataan berbentuk esensi logis yang diketahui melaui akal, tidak terdapat dalam ruang dan waktu (pendekatan objektivisme logis) contohnya peraturan di dalam kampus. memakai kaos dan sendal tidak boleh masuk kampus. nilai adalah unsur-unsur yang menyusun kenyataan (pendekatan objektivisme metafisik) yaitu pisau itu tumpul, nilai tajam dan tumpul bukan kita yang memberikan nilai, tetapi nilai yang melekat pada benda itu sendiri (Tilaar, 2000).
Menurut Edwards (1972) dalam buku “the Encyclopaedia of philosophy”, nilai menjadi tiga bentuk. [1] Nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak. dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. [2] Nilai sebagai kata benda kongkrit. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia dan sistem nilai dia. lebih lanjut maksudnya nilai kongkret adalah nilai yang melekat sendiri pada suatu benda sehingga ia dapat dikatakan bernilai contohnya nilai emas. [3] Nilai sebagai kata kerja, dimana hal tersebut tercermin dari kalimat atau ekspresi menilai, memberi nilai dan nilai yaitu menilai sesuatu hal itu baik atau buruk.
Dalam hal tersebut para ahli membagi menjadi dua yakni [1] Etika deskriptif merupakan cara melukiskan tingkah laku moral tanggapan mengenai baik atau buruk yang kedua etika normatif ini mendasarkan dirinya atas norma-norma yang diterima atau juga masyarakat itu dengan secara logis kritis dan dapat mempersoalkan Apakah itu benar atau juga tidak. [2] Estetika adalah cabang ilmu filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan. Keindahan adalah memberikan suatu yang memberikan khusus kepada selera rasa dan berbagai macam dan apresiasi pada suatu keindahan. Estetika merupakan ilmu mengenai nilai-nilai yang dihasilkan dari emosi-sensorik yang biasa dikenal dengan sebutan sentimentalist atau cita rasa (selera). Estetika bersifat deskriptif dan normative. Estetika deskriptif ialah menguraikan atau mendefinisikan kejadian fenomena. atau kejadian atau fenomena tersebut ada juga yang memasukkannya ke dalam filsafat seni yaitu filosofi ART dan filosofi of beauty. jadi estetika ini adalah membahas keindahan itu dapat membahas secara subjektif dan objektif.
Baca juga: Cara Membuat Jambord untuk Pembelajaran Jarak Jauh
Fungsi Filsafat Aksiologi
Fungsi filsafat aksiologi menjaga dan memberi arah kebenaran. kebenaran yang diakui oleh siapapun, kebenaran secara misteri yang ada di dalamnya yang menyatu dengan hati nurani dalam objek aksiologi harus dilakukan secara etis, yaitu tidak merendahkan martabat manusia dan tidak merubah kodrat manusia. Etis yaitu membahas tentang moral prinsip-prinsip materialitas, benar dan salah. Pengembangan Untuk dapat meningkatkan sarana sudut yang besar dan kuat serta memberikan keseimbangan alam melalui pemanfaatan ilmu (Budi Sudiono, 1989).
Fungsi filsafat aksiologi menjaga dan memberi arah kebenaran. kebenaran yang diakui oleh siapapun, kebenaran secara misteri yang ada di dalamnya yang menyatu dengan hati nurani dalam objek aksiologi harus dilakukan secara etis, yaitu tidak merendahkan martabat manusia dan tidak merubah kodrat manusia
Dengan demikian orang yang berfilsafat tidak hanya untuk mengetahui, tetapi juga mempraktekan dalam hidupnya. Filsafat akan memberikan kepada manusia dasar-dasar pengetahuan untuk dapat hidup dengan baik sehingga ia akan menjadi manusia yang baik dan bahagia (Ritaudin, 2017).
Lous O. Katstoff (2000) berpendapat bahwa nilai terbagi menjadi dua. Nilai instrinsik meniscayakan bahwa sebuah objek fakta telah terkandung di dalamnya secara permanen sebuah nilai. baik nilai itu baik atau buruk, benar atau salah, bahaya atau berguna dan lainnya. nilai instrumental adalah lebih kepada bagaimana fakta yang ada diarahkan kepada sebuah nilai. pisau misalnya akan memiliki nilai baik atau buruk tergantung bagaimana meggunakannya. Menurut kotstoff, situasi nilai setidaknya meliputi : (a) suatu subjek yang memberi nilai-yang sebaiknya kita namakan ‘ segi pragmatis; (b) suatu objek yang diberi nilai yang sebaiknya diberi nama ‘segi semantis’ : suatu perbuatan penilaian atau (d) suatu nilai ditambah perbuatan penilaian.
Pandangan Young, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting, sedangkan Green memandang nilai sebagai kesadaran yang secara relatif berlangsung dengan disertai emosi terhadap objek, ide, dan perseorangan.28 Louis O. Katstoff berpendapat bahwa nilai terbagi menjadi dua: nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai instrinsik meniscayakan bahwa sebuah objek fakta telah terkandung di dalamnya secara permanen sebagai sebuah nilai. Nilai tersebut bisa baik atau buruk, benar atau salah, bahaya atau berguna dan lainnya. Nilai instrumental adalah lebih kepada bagaimana fakta yang ada diarahkan kepada sebuah nilai. Pisau misalnya akan memiliki nilai baik atau buruk tergantung bagaimana menggunakannya (Syahridho & Sutarman, n.d.)
Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar
Aksiologis adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda di mana sesuatu hal bisa baik atau buruk dan hubungan antara nilai dan menilai di satu pihak dan dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain. Aksiologi dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dapat dipahami sebagai bidang telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan tujuan ilmu: apakah teori ilmu itu hanya merupakan penjelasan objektif terhadap realitas, atau teori ilmu merupakan pengetahuan untuk mengatasi berbagai masalah yang relevan dengan realitas bidang kajian ilmu yang bersangkutan.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi hakikat yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tata cara dan tujuan (mean and end) (Nuzulah et al., 2017).
Aksiologi menurut Aristoteles bahwa ilmu untuk ilmu, tidak peduli apakah ada manfaat atau tidak (cuma eksis). Aritoteles/ plato berasumsi bahwa ilmu itu tumbuh dengan nilai-nilai. keduanya menyatu dan tak terpisahkan dari satu sama lain. Sedangkan menurut Bacon, ilmu harus berguna bagi kemaslahatan manusia (kemanusian). Tujuan ilmu ialah mengusahakan bagi manusia dalam menghadapi alam dan perubahan jaman. Ilmu adalah kekuasaan dan teknologi adalah tangan ilmu dalam menggunakan kekuasaan itu. mereka yang menguasai ilmu dan teknologi juga memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain yang tak memilikinya.
Aksiologi memandang hakikat nilai yang dipandang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Kaidah-kaidah apa yang harus diperhatikan di dalam menerapkan ilmu ke dalam praksis. Ilmu harus bermanfaat yaitu secara induvidu ilmu milik bersama dan secara universal ilmu tidak ada batasan.
Membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Sehingga ilmu pengetahuan menganalisis tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran hidup manusia. selain itu ilmu bersifat netral, tidak mengenal sifat baik atau buruk. Netralitas ilmu terletak pada epistemologi yang secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai baik atau buruk. sehingga ilmu harus dapat menentukan sikap. Sehingga aksiologi ilmu pendidikan yaitu meliputi (Values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sehari-hari, nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi sebagai suatu Conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Secara teleologi dalam arti ilmu pengetahuan yaitu sebagai asas pembangunan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan (teleos) sebagaimana yang dicontohkan dalam pembukaan Undang-Undang 1945.
Dengan demikian aksiologi pendidikan berkaitan dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan. Tujuan Dalam mengembangkan ilmu pendidikan, manusia menggunakan akal dan nilai untuk menyelesaikan problematika pendidikan. Akal itu yaitu akal bersifat manipulatif, sedangkan nilai memiliki peranan penting dalam mengontrol terhadap akal.
Download Power Point Filsafat Aksiologi Pendidikan Dasar
Sumber Bacaan
A.A. Musyaffa. (2020). Kapita Selekta Pendidikan. In Oman Publishing. Bumi Aksara.
Aulia, N. M. (2021). Filsafat aksiologi. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/nabilaaulia8299/5da2eb48097f363ba91c3df5/filsafat-aksiologi
Budi Sudiono. (1989). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Journal of Chemical Information and Modeling.
Edwards, P. (1968). The Encyclopedia of Philosophy. The Philosophical Quarterly, 18(70), 68. https://doi.org/10.2307/2218031
Mudyaharjo, R. (2001). Filsafat Ilmu Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.
Muliadi. (2020). Filsafat Umum. Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Nasir, M. (2021). Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya Bagi Manusia. Syntax Idea, 3(11), 2457. https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i11.1571
Nuzulah, F., A, M. U. Y. K., & Fitria, L. (2017). Aksiologi Pendidikan Menurut Macam-Macam Filsafat Dunia (Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme) [Universitas Muhammadiyah Sidoarjo]. http://eprints.umsida.ac.id/573/
Ritaudin, M. S. (2017). Mengenal Filsafat Dan Karakteristiknya. Kalam, 10(2), 127. https://doi.org/10.24042/klm.v9i1.324
Suriasumantri, J. S. (1994). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Swadaya.
Syahridho, & Sutarman. (n.d.). Aliran-aliran Filsafat.
Tilaar, H. A. R. (2000). Manajemen Pendidikan Nasional, cet-4. PT Remaja Rosdakarya.
Wahana, P. (2016). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Pustaka Diamond, 211(9), 1689–1699. https://repository.usd.ac.id/7333/1/3. Filsafat Ilmu Pengetahuan (B-3).pdf