Tulisan membahas implementasi glokasisasi di sekolah HighScope Indonesia. diawali dengan pemaparan konsep glokalisasi, proses glokalisasi dan implementasi glokalisasi di sekolah HighScope Indonesia.
Daftar Isi
Konsep Glokalisasi
Glokalisasi merupakan istilah yang belum familiar dikalangan masyarakat Indonesia. Glokalisasi merupakan perpaduan dari kata global dan local. Bahasa glokalisasi berawal berkembang dari sector bisnis. Di mana suatu produk di suatu negara berkembang ke negara lain. Pada akhirnya produk yang berkembang ke berbagai negara lainnya menjadi sebuah produk global atau dapat di istilahkan produk yang sudah terglobalisasi. Untuk mempertahankan keberlangsungan produk tersebut di suatu negara maka adanya inovasi terobosan terbaru agar produk tersebut tetap bertahan di negara tersebut. Terobosan tersebut adalah dengan mengembangkan inovasi produk tersebut dengan memadukan kebudayaan dari negara tersebut.
Pernyataan ini sesuai dengan pengertian glokalisasi yang termuat dalam Wikipedia di mana Glokalisasi (lakuran dari kata globalisasi dan lokalisasi) adalah jargon bisnis untuk menyebut adaptasi produk atau jasa terhadap wilayah atau kebudayaan tempat mereka dijual. Glokalisasi mirip dengan internasionalisasi. Kata “glokalisasi” mengacu pada konsep untuk menjelaskan individu, kelompok, organisasi, produk, atau jasa yang merefleksikan sekaligus standar global dan standar lokal.Istilah ini pertama kali muncul pada akhir 1980-an di tulisan para ekonom Jepang di Harvard Business Review.
Menurut sosiolog Roland Robertson, yang memopulerkan kata ini, glokalisasi mendeskripsikan hasil penyesuaian lokal baru terhadap tekanan global. Di konferensi “Globalization and Indigenous Culture” tahun 1997, Robertson mengatakan bahwa glokalisasi “berarti munculnya tendensi universal dan terpusat secara bersamaan.” [1]. Contoh dari globalisasi adalah menjamurnya restoran McDonald’s di seluruh dunia, sementara perubahan menu restoran demi menarik konsumen lokal adalah contoh glokalisasi.
Proses Glokalisasi
Glokalisasi berarti suatu peristiwa ketika sebuah produk global diubah ke dalam bentuk lain agar memenuhi kebutuhan konsumen lokal. Ini adalah fenomena alternatif bagi amerikanisasi. Contoh glokalisasi yang lebih ilustratif: Untuk mempromosikan mereknya di Prancis, McDonald’s mengganti maskot Ronald McDonald-nya dengan Asterix, tokoh kartun Prancis yang populer. Contoh lainnya, McDonald’s mencoba memuaskan lidah orang Korea dengan menciptakan hamburger bergaya Korea seperti ‘burger Bulgogi’ dan ‘burger Kimchi’.
Ilustrasi diatas merupakan proses globalisasi dan glokalisasi dalam sektor bisnis, istilah glokalisasi ini terus berkembang ke berbagai sektor termasuk pada sektor pendidikan. Salah satunya adalah produk pendidikan yang menjadi globalisasi adalah kurikulum. Beberapa kurikulum sekolah yang menjadi produk global antara lain adalah Montessori school, Reggio Emilia Approach, HighScope, Froebel, Waldorf, dan lain sebagainya.
Glokalisasi dalam sudut persepsi marketing Sekolah HighScope di Indonesia
HighScope merupakan salah satu sekolah yang berkembang di Indonesia. Kurikulum HighScope Indonesia yang dipegang saat ini, dimulai pada tahun 1974 di Amerika Serikat, tetapi baru dibawa ke Indonesia sekitar tahun 1996. Berlokasi di daerah Jakarta Selatan, tepatnya di daerah Pondok Indah. Sekolah ini terus berkembang menjadi 13 sekolah (kampus) di Indonesia. Adapun ke 13 sekolah tersebut antara lain: TB Simatupang, Kuningan, Bintaro, Alfa Indah, Pluit, Kelapa Gading, Bekasi, Rancamaya, Bandung, Bengkulu, Palembang, Medan, dan Bali. Total ada 6 sekolah berada di daerah Jakarta dan sisanya berada di luar Jakarta dan beda Provinsi. Saat ini HighScope sudah berkembang hingga jenjang SMA yang pada awalnya hanya jenjang prasekolah.
Terkait dengan glokalisasi dilihat dari persepsi marketing Highcope Indonesia dapat kita lihat pada website resmi https://highscope.or.id/, pada halaman website tersebut kita dapat melihat semua informasi secara umum mengenai sekolah HighScope diseluruh Indonesia. Web site ini merupakan website central, di mana didalamnya melink dengan website dari 13 sekolah HighScope yang ada di Indonesia. Glokalisasi yang terlihat jelas adalah pada harga biaya pendaftaran, biaya bulanan dari masing-masing sekolah ditiap daerah terdapat perbedaan. Untuk biaya HighScope di luar Jakarta lebih murah dibandingkan di Jakarta. Hal ini tentu saja didasari oleh pendapatan di setiap daerah serta lingkungannya yang berbeda. Selain itu glokalisasi yang dilakukan adalah memasukkan kegiatan salat Jum’at untuk jenjang SD, SMP, dan SMA bagi siswa yang beragama Islam. Selain itu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di gunakan sebagai alat komunikasi dalam jenjang SD, SMP dan SMA sehingga dapat dikatakan bahwa HighScope merupakan salah satu brand pendidikan dari Amerika yang globalisasi (menyebar) di 10 negara di dunia yaitu:1. Canada, 2. Mexico, 3. Chili, 4. Irlandia, 5. Belanda, 6. Portugal, 7. Afrika Selatan, 8. China, 9. Thailand, 10. Indonesia. Persepsi marketing secara glokalisasi yang terjadi tentu saja terkait dengan harga masuk dan biaya pendidikan mengikuti mata uang negara masing-masing, kebudayaan dasar dan mengikuti peraturan pendidikan yang berlaku pada masing-masing negara.
2 thoughts on “Glokalisasi di Sekolah HighScope Indonesia”