(Disarikan dari Group Diskusi WAG Blogger Class)
Oleh Kak Seno
Selasa, 27 September 2016
Saya mau nanya dulu, kira sampai saat ini sudah ketemu kah gaya menulis kalian?
Atau jangan-jangan saat ini baru dalam tahap mengikuti gaya menulis sang idola?
Ketika saya membaca buku Koala Kumal nya Raditya Dika (RD), saya bisa merasakan bagaimana gokilnya kisah yang diceritakan. Gaya menulis RD beda dengan yang dipakai Ferdiriva H. dalam buku Cado-Cado yang ditulisnya. Keduanya mengusung genre pengocak perut, namun jika kita cermati cara penuturan mereka berbeda
Contoh lain. Pernah membaca buku nonfiksi yang penulisa seperti sedang bercerita? Menjabarkan pengalaman hidupnya atau menceritakan pengalaman orang lain yang pernah dia saksikan. Menceritakan siapa, bagaimana, dimana, dan kapan sebuah peristiwa terjadi. Kemudian merumuskan hikmah dari peristiwa tersebut. Seolah-seolah mencoba memberikan pesan positif kepada pembaca.
Namun ada juga buku nonfiksi yang ditulis dengan gaya sebaliknya. Menjabarkan pendahuluan mengenai suatu masalah, menguraikannya dengan penjabaran data-data dan pembadingan, kemudian menyimpulkan. Biasanya diawali dengan sebuah pertanyaan hipotesa yang menjadi pokok pembahasan. Pada poin kesimpulan, penulis biasanya menuturkan opininya sebagai pernyataan sikap terhadap masalah yang dipaparkan.
Kedua hal itu adalah sutu gaya menulis yang menjadi ciri khas penuturan beberapa penulis terkenal. Lalu bagaimana cara agar bisa menemukan dan mengenali gaya menulismu? Nah, simak hal-hal berikut ini:
Tahap pertama, meniru gaya menulis para idola.
Ketika kita bermimpi ingin jadi penulis, tentu kita punya idola. Seorang penulis yang kita kagumi dan cenderung menjadi role model atas proses kreatif kita dalam berkarya. Meniru gaya menulis sang idola hukumnya sah-sah saja selama tidak menjiplak karyanya. Yang kita tiru adalah gaya penuturannya. Meski tidak bisa sama persis, bisa dikatakan serupa tapi tak sama.
Hal yang harus kita perhatikan ketika mencoba meniru gaya penuturan penulis idola adalah kesesuaian karakter antara penulis idola dengan karakter penuturan diri kita yang sebenarnya. Karena menulis dengan memaksakan diri menggunakan karakter orang lain jelas lebih sulit dibandingkan menulis menggunakan karakter diri kita apa adanya.
Cara mudah agar kita bisa meniru gaya penuturan sang idola adalah dengan banyak-banyak membaca buku karyanya. Dengan sendirinya tulisan kita akan terinfluence dengan diksi sang idola, dengan pemikiran-pemikirannya. Cara ini bisa kita lakukan jika memang sejak awal kita sudah meniatkan akan meniru gaya menulis sang idola.
Tahap kedua, menulis dengan jujur apa adanya diri kita.
Menulis saja dengan gaya yang menurutmu nyaman dan bisa dikuasi. Perlu latihan menulis terus-menerus untuk bisa menemukan gaya penuturan kita sendiri. Menulis dengan jujur apa adanya diri kita. Tanpa ada pengaruh gaya penuturan orang lain yang kita paksakan untuk menghiasi tulisan kita. Berusahalah jujur mengakui gaya penuturan kita yang sebenarnya. Hingga di kemudian hari kita bisa mengatakan, “inilah gaya menulisku.”
Blogger Class: Pertnyaannya, kapan hal itu bisa kkita capai ?
Smpai saat ini saya blm menemukan referensi yg pasti, kapan seseorang bs dianggap menemukan gaya menulisnya sendiri. Ada pendapat yg mengatakan setelah mampu menerbitkan 5 buku/novel, ada jg yg mengatakan setelah mampu menembus media tertentu.
Menurut saya sebaiknya fokus utama penulis adalah menyampaikan pesan melalui tulisan yg menurut pemikiran dia bs diterima oleh pembaca. Karena hnya penulis itu yg tahu siapa target pembaca tulisannya. Shg sejak pertama memulai proses menulis dibutuhkan riset dan pendalaman pemahaman terhadap materi.
Proses2 inilah yg kemudian secara otomatis mengarahkan penulis pada karakter yg dia kuasai dan mampu diperankan dengan nyaman.
Penentunya adalah penilaian pembaca / selera pembaca dan subjektifitas penulis sendiri.
Beberapa Komentar Anggota
Selly
Nonfiksi, ya? Aku cenderung suka bikin tren sendiri kalo nulis, termasuk nulis nonfiksi tapi belum menemukan gaya sendiri yang spesifik, yang penting sistematis
Firmadi
Kalau saya seringnya nulis nonfiksi. Gaya nulisnya kebanyakan seperti artikel atau berita gitu. Efek baca berita trus Mau ganti gaya yg lain bingung sama pilihan katanya
Demikian rangakaian diskusi yang membahas mengenai mengetahui dan mengenal gaya menulis blog, semoga bermanfaat..Amin (mf)