Mengetahui Sebab Kontfrontasi pada Lingkungan Belajar yang harus guru ketahui disajikan pada info menarik agar pembelajaran dapat terhindar. Ada berbagai hal rumit yang menyebabkan konfrontasi. Kadang- kadang penyebabnya sama sekali berada di luar kendali Anda seorang siswa memasuki ruang kelas Anda dalam kondisi yang sangat tegang dan lelah sehingga tak banyak yang dapat Anda lakukan selain menenangkan situasi. Beberapa siswa membawa beban yang sangat besar dan berat-situasi dan kejadian-kejadian buruk yang dialami di luar lingkungan sekolah yang membuat mereka dapat meledak kapan saja.
Beberapa anak belajar dari hal yang dilihatnya, dari orangtua atau pengasuh mereka yang bereaksi terhadap masalah dengan cara yang konfrontatif. Sedapat mungkin, dengan tetap menjaga batas-batas kerahasiaan, ketahuilah rumah seperti apa yang ditinggali oleh siswa Anda. Dengan demikian, Anda dapat bersikap sensitif terhadap situasi- situasi khusus mereka.
Namun pada kesempatan yang lain, gurulah yang berkontribusi secara langsung atas terjadinya kontrontasi. Walaupun bukan kesalahan guru jika siswa kehilangan kendali, la melakukan hal-hal tertentu yang memperburuk situasi. Dalam pencarian Anda untuk dapat mengendalikan perilaku secara lebih baik, Anda harus memahami bagaimana Anda bisa berperan terhadap terjadinya kontrontasi, sehinggaa sedapat mungkin Anda dapat menghindari hal itu. Berikut adalah beberapa hal yang membuat guru berperan dalam menciptakan iklim konfrontasi.
Daftar Isi
Suasana hati si guru:
ketika Anda memulai pelajaran dengan suasana hati yang buruk, sikap tersebut tersirat ke luar dan menempatkan semua orang di dalam kelas dalam kerangka pemikiran yang negatif. Anda mungkin pilih kasih atau tidak mau berkompromi dengan siswa Anda, sehingga menciptakan suasana yang tegang dan penuh kemarahan. Perasaan tidak adil: siswa sangat sensitif terhadap ketidakadilan, baik yang ditunjukkan terang-terangan atau yang dirasakan. Kita semua berharap untuk dapat benar-benar bersikap adil sepanjang waktu. Akan tetapi, kita perlu menyadari bahwa perasaan pribadi kita mengenai seseorang dapat secara tidak sadar terlihat dari cara kita memperlakukan mereka.
Kesalahpahaman:
kadang-kadang guru menuduh seorang siswa atau kelas berperilaku buruk dan tuduhan tersebut tidak benar. Saya pernah menangkap basah beberapa siswa mengedarkan semacam kertas kecil di belakang kelas. Ketika saya bersikeras agar mereka menyerahkannya, mereka menolak dan saya pun menjadi marah. Pada akhirnya, ternyata mereka sedang menandatangani kartu terima kasih yang akan diberikan kepada saya.
Memainkan peran “penonton”:
jika Anda memperingatkan seorang siswa yang kasar di depan kelas, hal tersebut sama saja seperti memberikan tempat untuk konfrontasi. Jika beberapa siswa akan mundur dan mengalah, yang lainnya tidak akan mampu atau bersedia melakukan hal tersebut. Hal ini akan membuat Anda dan mereka terjebak dalam argumentasi di mana kedua pihak menggunakan bahasa yang tidak terkendali dan saling menghina satu sama lain.
Ketidakkonsistenan:
jika guru tidak konsisten, ini akan menciptakan perasaan tidak adil dan sebagai akibatnya mengarah pada ketegangan. Mungkin guru tersebut menerap- kan aturan secara berbeda dibandingkan staf lain di sekolah. Mungkin guru mengubah harapannya dari hari ke hari. Semakin konsisten Anda, siswa Anda semakin mengerti apa yang Anda harapkan dari mereka.
Menghakimi siswa atau kelas:
sekali seorang siswa memperoleh reputasi tertentu, reputasi tersebut akan sulit dihilangkan. Sama halnya bahwa suatu kelas kadang-kadang dikenal “menyulitkan” oleh sejumlah staf. Ketika guru bertemu seorang siswa atau Kelas degan harapan yang telah ditentukan, itu berarti siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk membuktikan dirinya sendiri. Sekali lagi, hal tersebut dapat menciptakan perasaan tidak adil dan dan sebagai akibatnya mengarah pada pertentangan dan konfrontasi.