Membangun Pendidikan yang Berpihak pada Siswa

Refleksi Pengalaman Bersekolah: Belajar dari Guru Masa Lalu

Pengalaman bersekolah menyisakan banyak kenangan dan pelajaran berharga tentang peran seorang guru. Ketika masih duduk di bangku sekolah, guru sering kali menjadi pusat perhatian, figur yang tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menjadi teladan. Namun, seiring perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi dunia pendidikan pun berubah, begitu pula kebutuhan siswa di kelas. Ketika saya memasuki Pendidikan Profesi Guru (PPG) Calon Guru, pemahaman saya tentang sosok ideal seorang guru masa depan semakin berkembang.

Saat bersekolah, saya memiliki banyak guru yang memberi kesan berbeda. Sebagian dari mereka menggunakan metode ceramah sebagai satu-satunya pendekatan. Kami duduk di bangku, mendengarkan penjelasan panjang lebar, dan mencatat tanpa kesempatan bertanya atau berekspresi. Hal ini membentuk persepsi saya bahwa pendidikan hanya sebatas transfer ilmu dari guru ke siswa, tanpa banyak ruang untuk kreativitas dan eksplorasi. Pengalaman ini menyadarkan saya bahwa pembelajaran seharusnya tidak hanya berpusat pada guru, tetapi lebih kepada kebutuhan, minat, dan cara belajar siswa.

Seiring waktu, saya menemukan beberapa guru yang memperlakukan kami dengan cara berbeda. Mereka memberikan ruang untuk bertanya, mengajak kami berdiskusi, bahkan memberi tantangan yang membuat kami berpikir lebih dalam. Para guru ini menjadi inspirasi utama saya, dan saya percaya bahwa sosok guru masa depan adalah sosok yang adaptif, peduli, dan mampu memahami kebutuhan siswa secara individual.

Pembelajaran Selama PPG: Menemukan Sosok Guru Masa Depan

Selama mengikuti PPG Calon Guru, saya mendalami berbagai mata kuliah yang membantu saya merumuskan konsep tentang guru masa depan. Salah satunya adalah mata kuliah tentang “Pembelajaran Berdiferensiasi.” Di dalam mata kuliah ini, saya belajar bagaimana mengenali perbedaan kemampuan, minat, serta gaya belajar setiap siswa, kemudian menyesuaikan metode mengajar agar dapat menjangkau setiap siswa. Pendekatan ini membuka wawasan saya bahwa peran guru tidak lagi sebatas menyampaikan materi, melainkan sebagai fasilitator yang mendukung proses belajar siswa secara aktif (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2021).

Sebagai contoh konkret, saya mendapatkan pengalaman praktik mengajar dalam kelas yang memiliki variasi kemampuan belajar. Di dalam kelas ini, saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan cara mengelompokkan siswa berdasarkan gaya belajarnya, ada yang bekerja dalam kelompok, sementara yang lain belajar mandiri atau dengan bantuan visual. Ternyata, ketika siswa diberi kesempatan belajar dengan cara yang sesuai bagi mereka, tingkat pemahaman dan keterlibatan mereka meningkat signifikan. Pengalaman ini memberikan gambaran yang jelas bahwa guru masa depan harus memiliki kepekaan untuk mengenali potensi dan karakter setiap siswanya.

Sosok Guru Masa Depan: Refleksi dan Harapan

Sosok guru masa depan adalah figur yang adaptif dan inovatif dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam dunia yang semakin digital dan kompetitif, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai materi pembelajaran, tetapi juga memiliki kemampuan teknologi serta keterampilan berpikir kritis (Wibowo, 2019). Dalam PPG Calon Guru ini, saya juga diajarkan bagaimana memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran, seperti menggunakan platform pembelajaran daring, aplikasi evaluasi interaktif, dan media visual untuk meningkatkan ketertarikan siswa (Darmawan, 2012). Misalnya, saya pernah membuat bahan ajar digital berbasis video interaktif untuk membantu siswa memahami konsep yang abstrak dalam mata pelajaran tertentu. Hasilnya, siswa lebih antusias dan lebih mudah memahami konsep karena materi disajikan dalam bentuk yang menarik.

Selain itu, guru masa depan adalah sosok yang mampu menumbuhkan karakter positif pada siswa. Pada salah satu sesi refleksi dalam PPG Calon Guru ini, saya menyadari betapa pentingnya seorang guru dalam membentuk moral dan sikap siswa. Pembelajaran bukan hanya tentang akademis, tetapi juga bagaimana siswa belajar untuk berkolaborasi, berkomunikasi dengan baik, dan menghargai perbedaan. Hal ini sangat penting untuk mengatasi tantangan zaman yang semakin kompleks. Dalam praktiknya, saya pernah memberikan proyek kolaboratif di mana siswa dari berbagai latar belakang harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Proyek ini tidak hanya mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka, tetapi juga mengajarkan nilai empati, kerja sama, dan toleransi.

Penutup

Mengikuti PPG calon Guru telah memperkaya perspektif saya mengenai sosok guru masa depan. Guru masa depan bukan hanya pengajar, tetapi juga fasilitator, motivator, dan mentor bagi siswanya. Dia mampu mengenali perbedaan siswa, beradaptasi dengan teknologi, serta menanamkan nilai-nilai positif yang relevan dengan kehidupan siswa. Dari pengalaman dan refleksi ini, saya berharap bisa menjadi sosok guru yang demikian di masa depan, seseorang yang tidak hanya mendidik tetapi juga menginspirasi, memberikan ruang bagi siswa untuk tumbuh, dan mengasah potensi mereka. Sebagai seorang calon guru, saya berkomitmen untuk terus belajar, berkembang, dan berinovasi demi mewujudkan pendidikan yang lebih baik.

Daftar Rujukan

Darmawan, D. (2012). Teknologi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. (2021). Buku Pegangan Guru Pembelajaran Berdiferensiasi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Wibowo, U. B. (2019). Inovasi Pembelajaran Berbasis Teknologi Digital untuk Guru. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *