Nama : Syafiratul Mar’ah

Nim  : 2486906083

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan

 

” Sosok Guru Masa Depan “

Pada era perubahan dan perkembangan pendidikan yang begitu cepat dari tahun ke tahun sosok guru masa depan tentunya harus mempu mengikuti perkembangan dan perubahan pendidikan yang terjadi dari tahun ke tahun. Tujuannya adalah agar pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan zaman dan anak bangsa. Tentunya hal ini juga menjadi suatu harapan untuk sosok guru masa depan menciptakan generasi penerus yang mendapatkan pengetahuan yang merata dan adil berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

Berdasarkan hal tersebut, jika saya, mengulas pengalaman saat saya masih menduduki bangku sekolah, tepatnya dulu waktu saya menduduki bangku SMA kelas XI saya mempunyai pengalaman terkait pembelajaran matematika yang menurut saya pada saat itu saya merasa tidak memperoleh pemahaman yang sama dengan teman saya yang lainnya, hal tersebut ditandai dengan pada saat proses pembelajaran guru hanya berfokus kepada peserta didik yang sangat paham terhadap materi tanpa memperhatikan adanya peserta didik yang seharusnya diberikan pendekatan khusus (yang kurang paham). Dampak dari hal tersebut menciptakan kesenjangan di lingkungan belajar. Dalam hal ini saya termotivasi bagaimana menjadi sosok guru masa depan yang dapat menciptakan  pengajaran yang sesuai dan merata berdasarkan kemampuan peserta didik. Berdasarkan artikel pada Kompasiana, dijelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran selayaknya menekankan pentingnya kesetaraan dalam proses pembelajaran bagi semua anak, termasuk mereka yang memiliki keistimewaan. Proses pembelajaran harus dirancang untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang adil, saling menghormati dan mendukung.

Jika dilihat dari pengalaman saat menjalani perkuliahan PPG Calon Guru tahun 2024, tepatnya ketika saya melakukan PPL di UPT SD 007 Bangkinang, pengalaman ini  mengajarkan saya bagaimana menjadi guru masa depan yang memperhatikan segala aspek yang dimiliki oleh peserta didik mulai dari perbedaan keragaman masing-masing dari peserta didik itu berbeda – beda, seperti kemampuan, kebutuhan, gaya belajar, serta latar belakang. Saya melihat bahwa dari pengalaman saya saat observasi di salah satu sekolah tersebut, masih adanya peserta didik yang belum bisa membaca, menulis dan tidak bisa berinterakasi dengan teman sejawatnya jika diberikan tugas kelompok oleh gurunya. Hal itu membuat saya ingin memberikan dukungan lebih kepada peserta didik yang masih kurang dalam membaca dan menulis. Ketika saya sudah mulai mengajar saya memberikan pendekatan khusus bagi peserta didik yang merasa kurang dalam hal membaca dan menulis dan menyesuiakan pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing – masing mereka.. Dengan adanya perhatian dan pendekatan yang dilakukan seperti ini menjadikan pengajaran yang saya lakukan dikelas inklusif dan sama rata untuk setiap anaknya. Selain itu kita sebagai seorang guru masa depan juga tidak terpaku oleh pengajaran saja tetapi guru masa depan diharapkan dapat membangun karakter, sikap, moral, etika dan kemandirian peserta didik. Menurut Radjilun, dkk (2023) menyatakan bahwa masih banyak guru yang tidak menganggap pentingnya nilai karakter dalam pengajaran, sehingga peserta didik tidak dapat menunjukkan perilaku yang baik di lingkungan masyarakat. Pendidikan Nasional seharusnya tidak hanya fokus pada pengajaran, tetapi juga harus bisa dirasakan dan tercermin dalam perilaku peserta didik. Ki Hajar Dewantara juga mengatakan bahwa tugas guru selain memberikan pengajaran yang bermutu kepada peserta didik tugas guru dapatnya membentuk karakter didalam diri peserta didik agar generasi penerus bangsa memiliki sikap dan kepribadian yang baik, selaras dengan budaya dan kepribadian khas Indonesia.

Pada mata kuliah filosofi pendidikan ini banyak hal yang telah saya peroleh mengenai bagaimana menjadi sosok guru masa depan yang dapat menjadi contoh, membimbing, mendorong serta menjadi fasilisator bagi peserta didik untuk tetap semangat dalam menuntut ilmu kesekolah. Selaras dengan yang disampaikan oleh bapak pendidikan kita yaitu KI Hajar Dewantara, ada 3  konsep semboyan yang dapat saya jadikan sebagai landasan untuk menjadi seorang guru masa depan yaitu yang pertama (Ing Ngarso Sung Tulodo) artinya seorang guru dapat memberikan teladan kepada peserta didik dalam membentuk karakter mereka. Guru tidak hanya harus menyampaikan pengetahuan, tetapi juga menunjukkan perilaku baik, seperti sikap sopan santun dan etika, yang akan menjadi contoh bagi peserta didik. Selain itu, yang kedua adalah (Ing Madyo Mangun Karso) artinya pentingnya seorang guru menjadi teman atau pendamping bagi peserta didik. Dalam konteks ini, guru masa depan dituntut untuk lebih inklusif, merangkul keberagaman dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga dengan hal ini mereka akan merasa dihargai dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, yang terakhir adalah (Tut Wuri Handayani) artinya pentingnya bagi seorang guru masa depan memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik. Misalnya memberikan dukungan positif yang dapat mendorong mereka untuk lebih semangat dalam menuntut ilmu (Febriyanti, 2021).

Dengan mengimplementasikan ketiga semboyan yang dimiliki oleh bapak Ki Hajar Dewantara bagi guru masa depan dapat mengembangkan potensi peserta didik secara holistik, baik dalam aspek kognitif, psikomotor, afektif, maupun sosial-spiritual. Dalam konteks pendidikan yang beragam saat ini, guru masa depan juga harus mampu mengakomodasi berbagai gaya belajar dan latar belakang peserta didik, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di mana semua peserta didik merasa diterima dan didukung dalam proses belajar mereka. Dengan saya mengintegrasikan prinsip-prinsip Ki Hajar Dewantara didalam mata kuliah filosofi pendidikan dan mengimplementasikan prinsip tersebut ke dalam praktik mengajar saat PPL, maka diharapkan saya dapat menjadi salah satu guru masa depan yang menciptakan sistem pendidikan kearah yang lebih efektif dan merata, serta tidak hanya berfokus pada pengajaran akademis saja, tetapi juga pada pengembangan karakter dan potensi siswa secara menyeluruh.

 

Referensi :

Pembelajaran Matematika Inklusi: Menjembatani Perbedaan untuk Semua Siswa Halaman 1 – Kompasiana.com.

https://kompasiana.com/emiliasalma/67284146c925c4037329ccb2/pembelajaran-matematika-inklusi-menjembatani-perbedaan-untuk-semua-siswa?page=all#section1

Radjilun, S, Mus, dkk. (2023). Pendidikan Karakter Ki Hadjar dewantara dan Penguatannya di Sekolah. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 9 (12): 733–740.

Febriyanti, N. 2021. Implementasi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara. Jurnal Pendidikan Tambusai. 5 (1) : 1631 – 1638.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *