FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
DISUSUN OLEH :
NAMA : UTAMI RETNO SUNDARI
NIM : 2486906086
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
PPG CALON GURU GELOMBANG 2
TAHUN 2024
SOSOK GURU MASA DEPAN
Masa depan pendidikan di Indonesia memerlukan sosok guru yang tidak hanya
menguasai bidang akademik tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi serta
pemahaman yang mendalam tentang filosofi pendidikan. Guru masa depan haruslah sosok
yang mampu menghadapi tantangan dunia yang terus berubah dengan nilai-nilai yang kokoh
dan visi yang kuat untuk membimbing generasi penerus. Guru memegang peran yang sangat
penting dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu, diperlukan guru yang kreatif
dan menyenangkan sehingga mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif,
suasana pembelajaran yang menantang dan mampu membelajarkan dengan menyenangkan
(Marjuni & Alwan, 2020: 17). Dalam upaya menjadi sosok guru tersebut, pendidikan profesi
guru dan mata kuliah “Filosofi Pendidikan Indonesia” memberikan bekal yang sangat
berharga. Melalui pengalaman saya saat bersekolah, pendidikan profesi, dan studi filosofi
pendidikan, saya semakin memahami sosok guru masa depan yang ideal bagi masyarakat
Indonesia.
Sejak masih duduk di bangku sekolah, saya selalu kagum dengan sosok guru yang
tidak hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga mampu menumbuhkan rasa ingin tahu,
kepercayaan diri, dan semangat belajar. Salah satu guru saya di sekolah menengah atas selalu
membuka pelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing refleksi. Ia tidak hanya
menyampaikan jawaban, tetapi mengarahkan kami untuk menemukan solusi sendiri,
menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab atas pembelajaran. Pengalaman ini
menunjukkan betapa pentingnya kemampuan seorang guru untuk tidak sekadar menjadi
“pengajar”, tetapi menjadi fasilitator dalam proses berpikir siswa. Di sisi lain, saya juga
pernah berhadapan dengan sosok guru yang lebih menekankan aspek formalitas, yang mana
materi disampaikan secara monoton dan terbatas pada kurikulum semata. Pengalaman ini
membuat saya menyadari bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru kurang efektif dalam
mengembangkan potensi siswa sepenuhnya. Pengalaman tersebut menjadi refleksi penting
bagi saya, bahwa seorang guru masa depan harus memiliki pemahaman mendalam mengenai
bagaimana manusia belajar dan berkembang secara holistik, yang tidak hanya bergantung
pada pengajaran yang bersifat mekanis.
Buku “Guru Masa Depan” oleh Dr. Abdul Kahar menyoroti pentingnya
pengembangan kompetensi guru agar tetap relevan dalam era digital ini. Memasuki
pendidikan profesi guru, saya belajar lebih mendalam tentang pendekatan-pendekatan
pengajaran yang lebih dinamis dan reflektif. Program pendidikan profesi menekankan
pentingnya menerapkan prinsip-prinsip pedagogik yang berpusat pada siswa. Dalam proses
ini, saya dilatih untuk membuat rencana pembelajaran yang inklusif, relevan dengan
kehidupan siswa, dan adaptif terhadap berbagai kebutuhan serta karakteristik siswa.
Misalnya, melalui modul-modul yang diberikan, saya belajar tentang pentingnya asesmen
formatif, yang membantu guru untuk mengetahui perkembangan belajar siswa secara berkala,
bukan hanya pada akhir semester. Teknik ini mengajarkan saya untuk melihat siswa secara
individual, menghargai proses belajar mereka, dan memperbaiki pendekatan mengajar saya.
Aspek-aspek inilah yang membentuk pemahaman saya bahwa seorang guru masa depan perlu
memiliki fleksibilitas, empati, dan kemampuan reflektif.
Pendidikan profesi juga memberi saya kesempatan untuk berkolaborasi dengan rekan-
rekan sesama calon guru, berbagi pengalaman, dan mendiskusikan berbagai tantangan yang
mungkin dihadapi di lapangan. Melalui kegiatan ini, saya menyadari bahwa kolaborasi antara
guru, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. Guru masa depan harus mampu menjadi jembatan bagi berbagai kepentingan
yang ada, baik di dalam maupun di luar sekolah.
Mata kuliah “Filosofi Pendidikan Indonesia” menjadi salah satu mata kuliah yang
memberikan perspektif yang lebih mendalam tentang esensi pendidikan itu sendiri. Saya
memahami bahwa pendidikan di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai kebangsaan,
kebudayaan, dan kearifan lokal. Filosofi pendidikan Indonesia mengajarkan pentingnya nilai
Pancasila, yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
sosial. Guru masa depan diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Dr. Asnah Said yang menekankan pentingnya pendidikan karakter
dalam menciptakan generasi yang berkualitas. Sebagai calon guru, memahami nilai-nilai ini
membuat saya sadar bahwa pendidikan harus membentuk siswa menjadi pribadi yang utuh,
bukan hanya mencetak siswa yang pintar secara akademis. Sebagai contoh, ketika belajar
tentang konsep “gotong royong” dalam pendidikan, saya mulai memahami bahwa seorang
guru masa depan harus mampu menanamkan semangat kebersamaan dan kerjasama di dalam
kelas. Ini bukan hanya mengajarkan siswa untuk bekerja sama, tetapi juga mengembangkan
rasa empati, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama. Dengan demikian, filosofi pendidikan
ini memberikan landasan bagi saya untuk menjadi guru yang tidak hanya fokus pada
pencapaian akademis, tetapi juga membentuk karakter siswa sebagai warga negara yang baik
dan berperan aktif di masyarakat. Filosofi pendidikan ini juga mengajarkan saya untuk
memahami peran guru sebagai agen perubahan sosial. Guru masa depan bukanlah sosok yang
netral, melainkan seseorang yang aktif berkontribusi dalam memajukan bangsa dan
menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dengan begitu, saya memahami bahwa
pendidikan yang bermakna bukan hanya tentang pencapaian individu, tetapi juga tentang
kemajuan kolektif bangsa.
Berdasarkan refleksi dari pengalaman saya bersekolah, pendidikan profesi guru, dan
pemahaman akan filosofi pendidikan Indonesia, sosok guru masa depan adalah individu yang
memiliki visi untuk mempersiapkan generasi yang tidak hanya berpengetahuan luas tetapi
juga bermoral, berkarakter, dan berjiwa nasionalis. Seorang guru masa depan haruslah
memiliki kemampuan reflektif untuk terus memperbaiki diri, menjalin hubungan yang baik
dengan siswa, dan memiliki sensitivitas sosial yang tinggi. Guru harus memiliki semangat
untuk berinovasi dalam metode dan media pembelajaran. Guru perlu terus memperbarui diri
dengan perkembangan teknologi pedagogik terkini.
Mata kuliah “Filosofi Pendidikan Indonesia” telah memberikan dasar yang kokoh bagi
saya untuk memahami peran guru yang lebih luas dari sekadar pengajar. Dengan berbekal
nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi pendidikan ini, saya berharap dapat menjadi sosok
guru masa depan yang mampu menjadi inspirasi dan membimbing siswa ke arah yang positif.
Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menjadi jalan bagi siswa untuk meraih impian
mereka, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun bangsa yang lebih baik. Dalam dunia
yang terus berubah, guru harus menjadi pembelajaran seumur hidup, selalu mencari
pengetahuan baru dan cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas pengajarannya (UU No 14
Tahun 2005).
Daftar Rujukan
Kahar, A. (2023). Guru Masa Depan. Bandung: Indonesia Emas Group.
Said, A. (2019). Profil Guru Masa Depan: Berbasis Teknologi Pendidikan. Banten:
Universitas Terbuka.
Marjuni dan Alwan. (2020). Profil Guru Masa Depan. Journal of Islamic Education, 2(1), 13-
22.
https://kemenagkabbekasi.co.id/main/guru-pemimpin-guru-masa-depan
https://jabar.kemenag.go.id/portal/isi_opini/menjadi-guru-masa-depan