Pecandu ganja, baik secara fisik maupun psikis, dapat menunjukkan sejumlah ciri khas. Namun, penting untuk diingat bahwa ciri-ciri ini dapat bervariasi dari individu ke individu dan bergantung pada sejauh mana ketergantungan ganja tersebut. Berikut adalah beberapa ciri fisik dan psikologis yang umum terkait dengan pecandu ganja:
Ciri-ciri Fisik:
- Perubahan Berat Badan yang drastis: Pecandu ganja mungkin mengalami perubahan berat badan, terutama peningkatan nafsu makan. Fenomena ini dikenal sebagai “munchies” dan dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi makanan yang tidak sehat.
- Perubahan Mata: Penggunaan ganja dapat menyebabkan mata menjadi merah dan peradangan. Pupila mata mungkin melebar, mengakibatkan “mata terbelalak.”
- Masalah Pernapasan: Merokok ganja secara konvensional mengandung sejumlah senyawa kimia yang dapat merusak sistem pernapasan, menyebabkan batuk, pilek kronis, dan bahkan bronkitis
- Koordinasi otot yang buruk: Pecandu ganja juga dapat mengalami gejala sakau ganja pada tahapan tertentu, yaitu kondisi yang terjadi saat seseorang berhenti memakai obat atau zat secara mendadak maupun saat menurunkan dosis secara drastis. Setidaknya 50% pengguna ganja dalam jangka panjang akan mengalami gejala sakau. Ini lantaran bahan aktif dalam ganja, yakni delta-9-tetrahydrocannabinol (THC), berdampak langsung pada otak. Gejala sakau dapat membuat penggunanya rentan menggunakan ganja kembali
- Reaksi lambat: Reaksi lambat adalah salah satu ciri fisik yang dapat diamati pada pecandu ganja. Hal ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespons rangsangan yang menurun, sehingga gerakan tubuh menjadi lebih lambat dan terkadang sulit untuk melakukan gerakan yang membutuhkan koordinasi yang bai
- Mulut kering : Mulut kering pada pecandu ganja disebabkan oleh kurangnya aliran air liur (saliva) yang dihasilkan oleh kelenjar ludah. Hal ini dapat menyebabkan saliva tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
- Karies gigi yang lebih banyak : Karies gigi yang lebih banyak pada pecandu ganja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya aliran air liur (saliva) yang dihasilkan oleh kelenjar ludah. Hal ini dapat menyebabkan saliva tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, penggunaan ganja juga dapat memicu terjadinya demineralisasi gigi sehingga meningkatkan kejadian karies pada pecandu ganja. Menurut American Dental Association (ADA), mengisap ganja akan memengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut. Akibatnya kondisi gigi dan mulut menjadi buruk. Hal tersebut dipicu karena lama penggunaannya, cara pemakaiannya dan kebersihan gigi dan mulut.
Pecandu ganja juga dapat mengalami gejala sakau ganja pada tahapan tertentu, yaitu kondisi yang terjadi saat seseorang berhenti memakai obat atau zat secara mendadak maupun saat menurunkan dosis secara drastis. Setidaknya 50% pengguna ganja dalam jangka panjang akan mengalami gejala sakau. Ini lantaran bahan aktif dalam ganja, yakni delta-9-tetrahydrocannabinol (THC), berdampak langsung pada otak. Gejala sakau dapat membuat penggunanya rentan menggunakan ganja kembali
Ciri-ciri psikis yang timbul akibat kecanduan ganja
- Halusinasi
- Gangguan kecemasan
- Euforia
- Gejala depresi
- Perubahan persepsi
- Withdrawal Symptoms
- Penurunan daya ingat
Penggunaan ganja juga dapat menyebabkan gangguan psikotik atau psikosis, yaitu kondisi di mana seseorang tidak mampu membedakan realita dan imajinasi atau khayalan, biasanya termasuk delusi dan halusinasi. Penggunaan ganja pada masa remaja, pemaparan yang berkepanjangan, dan usia pada awal penggunaannya dapat menjadi faktor risiko terjadinya psikotik. Gejala lebih buruk juga dapat terjadi pada seseorang yang sudah mengidap penyakit mental. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua orang yang menggunakan ganja akan mengalami ciri-ciri tersebut, dan efeknya dapat bervariasi tergantung pada dosis, frekuensi, dan durasi penggunaan.