Cara Mengukur Tekanan Darah Arteri

Cara gampang mengukur tekanan darah arteri merupakan cara untuk mengetahui besaran peredaran darah. Tekanan darah merupakan besaran yang sangat penting dalam dinamika peredaran darah (hemodinamika). Tinggi tekanan darah berbagai macam pembuluh darah tidak sama, tekanan darah arteri lebih tingi dari pada tekanan darah vena Pada pemeriksaan fisik seorang atlet, pengukuran tekanan darah arteri sudah menjadi suafi keharusan. Pengukuran ini selalu dilakukan disamping pemeriksaan-pemeriksaan lain. Saat ini dikenal dua macam cara pengukuran tekanan darah arferi, yaitu pengukuran tekanan darah arteri secara langsung (direct method) dan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung (indirect method). Pengukuran darah secara langsung dilakukan dengan jalan menembus arteri (secara invasif) dan kemudian memasukkan salah satu ujung sebuah pipa (tube catheter) kedalam arteri tersebut sedangkan ujung pipa yang lain dihubungkan dengan manometer. Dengan demikian, tingi tekanan darah didalam arteri tersebut dapat diuku

Daftar Isi

Tujuan:

  1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung
  2. Mahasiswa memahami pengauh gaya berat terhadap tekanan darah arteri.

Alat-Alat

  1. Stetoskop
  2. Spigmomanometer air raksa dan balut Riva Rocci

Cara Gampang Mengukur Tekanan Darah Arteri

Pengukuran tekanan darah arteri dalam praktikum ini didasarkan atas cara pengukuran tekanan darah arteri yang dianjurkan oleh American Heart Association. Orang yang akan diukur tinggi tekanan darahnya (probandus) disurnuh berbaring dengan tenang. Kemudian lengan atas probandus dibalut dengan balut Riva Roci. Pembalutan harus cukup ketat dan balut harus cukup lebar agar didapat hasil pengukuran yang benar.

Pengukuran melakukan palpasi pada nadi teraba, udara dipompa kedalam balut Riva Rocci sampai denyut nadi menghilang. Pada saat ini arteria brachialis sudah terjepit sehingga aliran darah di dalamnya terhenti. Pemompaan udara diteruskan sedikit lagi dan pemeriksa meletakkan ujung bagian dada stetoskop diatas lipatan siku probandus diluar balut (pergunakanlah ujung bagian yang berbentuk corong). Setelah ujung bagian dalam stetoskop terletak dengan baik dilipatan siku probandus, kran pada pompa udara dibuka dan udara mengalir keluar dari dalam balut Riva Rocci sementara pemeriksa mendengar pada stetoskop dengan saksama.

Pada saat terdengar bunyi detak jantung. Bunyi itu di timbulkan oleh benturan aliran darah pada balut Riva Rocci. Setelah terdengar beberapa detak, timbullah suara mendesis mengiringi detak nadi. Desis. ini dikenal dengan istilah bising Korotkoft. Bising ini terdengar makin keras semakin banyak udara yang dikeluarkan dari dalam balut. Pada saat bisirng ini menjadi redup dan kemudian menghilang, sementara udara yang terdapat di dalam balut Riva Rocci terus mengalir keluar sampai akhirnya balut kempis.

Ada dua peristiwa yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini

  1. Saat terdengarnya detak yang pertama. Pada saat ini darah didalam arteria Brachialis mulai mengal ir dan jika dilakukan palpasi, maka denyut nadi akan mulai teraba pada saat itu. Detak ini terdengor pada saat tekanan sistolik mencapai puncaknya Jadi tekanan sistolik ini dapat diketalui baik dengan cara auskultatoar maupun dengan cara palpatoar. Tinggi tekanan sistolik tersebut sama dengan tinggi tekanan udara di dalam balut RR seperti yang ditunjukan oleh jarum manometer pada saat itu.
  2. Saat meredupnya bising Korotkofi Dalam pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti, saat meredupnya bising korotkoff ini ternyata bersamaan dengan saat tercapainya tinggi tekanan diastolik. Saat ini dapi diketahui hanrya dengan cara auskultatoar saja. Tinggi tekanan diastolik ini sama dengan tinggi tekanan udara didalam balut RR seperti yang ditunjukkan jarun manometer pada saat itu.

Bising Korotkoff diduga ditimbulkan oleh turbulensi aliran darah pada Arteri Brachialis. Ada peneliti yang berpendapat bahwaturbulensi tersebut diakibatkam oleh kecepatan aliran darah yang melampaui kecepatan kritis dan ada pula yang berpendapat bahwa turbulensi tersebut diakibatkan oleh aliran darah di arteri dibawah balut yang sempit itu tiba-tiba menerjang ketempat yang lebar diluar balut yang darah didalamnya sedang dalam keadaan statis. Kadang-kadang, setelah bising Korotkoff meredup, ia masıh terus terdengar sampai balut Riva Rocci kempis.

Kadang-kadang bising Korotkoff menghilang untuk sementara waktu di suatu daerah diantara tekanan sistolik dan tekanan diastolik, dan terdengar kembali dekat sebelum tercapinya tekanan diastolik. Menghilangnya bising ini dekenal dengan istilah Austation gap yang sebabnya sampai saat sekarang belum diketahui orang. Pada Pengukuran yang kurang teliti, auscultation gap ini dapat mengacaukan bahkan memberikan hasil yang salah.

Lakukanlah pengukuram ini pada probandus dengan posisi badan:

  1. Berbaring dengan kedua lengan lurus sejajar dengan surnbu badan
  2. Duduk kedua lengan tergantung lurus ke hawah
  3. Berdiri dengan kedua lengan tergantung lurus sejajar dengan sumbu badan.

Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiap-tiop posisi badan dan hasil yang diambil adalah hasil rata-ratanya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *