Glokalisasi pada Pendidikan Bahasa Inggris

Glokalisasi pada Pendidikan Bahasa Inggris

Oleh: Hardhika Wahyu Dewani [Mahasiswa S3 Dikdas Universitas Negeri Surabaya]

Daftar Isi

Tentang Glokalisasi

Perkembangan peradaban ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta adanya globalisasi. Pada era saat ini gempuran arus globalisasi tidak dapat terelakkan. Globalisasi merupakan proses masuknya nilai-nilai global. Hal ini telah terjadi di berbagai negara dan jika nilai-nilai global yang masuk tidak diimbangi dengan adanya nilai lokal, hal ini tentunya akan membuat budaya lokal tergerus dan berpengaruh pada beberapa aspek kehidupan.

Agar nilai global mudah diterima oleh negara lain, maka unsur keduanya (global dan lokal) perlu dipadukan yang disebut glokalisasi. Robert (1995) berpendapat bahwa konsep glokalisasi pada mulanya ada untuk mendeskripsikan pengadaptasian perusahaan barang atau jasa multinasional dengan budaya lokal tertentu untuk berkembang secara global sebagai kebijakan ekspansi global perusahaan-perusahaan ini. Sebagai contoh perusahaan makanan global terkemuka seperti McDonald’s, Starbucks, dan KFC, yang menunya disesuaikan dengan selera lokal merupakan contoh glokalisasi dalam binis. Seiring perkembangan zaman, glokalisasi merambah pada bidang lain salah satunya glokalisasi pendidikan bahasa.

Glokalisasi Pendidikan Bahasa Inggris

Bersamaan dengan proses globalisasi, bahasa inggris sebagai bahasa internasional (lingua franca) telah mengukuhkan diri sebagai bahasa umum dunia untuk akademik ataupun interaksi bisnis (Bamgbose,2001; Graddol,1997,2006; Murata & Jekins,2009; Seidlhofer,2001,2004,2009). Fenomena bahasa inggris sebagai lingua franca (ELF) menyebabkan pergeseran paradigma di mana keunggulan bahasa inggris yang diucapkan oleh penutur asli sebagai standar telah dipertimbangkan kembali sehingga berlanjut pada penerimaan varietas bahasa inggris lokal (Murata & Jekins,2009). Pertumbuhan fenomena ELF memiliki implikasi yang kuat untuk pengguna bahasa inggris asing atau bahasa kedua. Contohnya, ketidakmampuan dalam menghasilkan aksen seperti penutur asli tidak lagi dirasakan rendah oleh penutur asing. Saat ini mereka dapat menggunakan bahasa inggris dengan lebih fleksibel dan dengan cara apa mereka menggunakannya dalam mencapai tujuan komunikatif mereka. Oleh karena itu, penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa internasional sedang diperkaya oleh pengguna di dunia yang mengarah pada perluasan varietas bahasa inggris di luar bentuk tradisional bahasa Inggris (British dan/atau Amerika) (Salimi & Safarzadeh, 2016).

Glokalisasi Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia

Glokalisasi juga dapat diterapkan pada pembelajaran pendidikan bahasa inggris di Indonesia pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Glokalisasi pendidikan bahasa inggris diterapkan dengan mempertimbangkan norma global dan lokal. Dengan menyandingkan penggunaan bahasa inggris dengan konteks budaya lokal. Dengan adanya glokalisasi ini siswa dapat mengikuti kebutuhan global sekaligus melestarikan budaya lokal.

Glokalisasi dalam pendidikan bahasa Inggris di Indonesia ini yang sangat kentara adalah bahasa inggris lisan (speaking),dimana pengaruh aksen dan intonasi bahasa Indonesia lisan sangat terlihat. Hal ini disebabkan karena keterbiasaan orang Indonesia menggunakan aksen dan intonasi bahasa Indonesia yang sudah tertancap di alam pikirannya sehingga sangat sulit untuk mengubahnya menjadi aksen dan intonasi sesuai dengan bahasa Inggris yang diucapkan oleh penutur bahasa Inggris asinya. Oleh karena itu dalam pembelajaran bahasa Inggris lisan (speaking) hendaknya guru dapat memberi toleransi bahasa Inggris lisan siswanya yang aksen dan intonasinya tidak sesuai dengan penutur bahasa Inggris aslinya. Yang penting pesannya dapat dipahami oleh lawan berbicara.

Daftar Pustaka

Murata, K., & Jenkins, J. (2009). Global Englishes in Asian contexts: Current and Future Debates. Basingstoke, UK: Palgrave Macmillan.
Salimi, E. A., & Safarzadeh, M. M. (2019). A Model and Questionnaire of Language Education Glocalization in Iran. International Journal of Instruction. 12(1), 1639-1652.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *