Kisah Perjalanan Tobat Seorang Ahli Ibadah di Basrah , cerita menarik dari infomenarik.org Di kota Marwah, Basrah, seorang ulama sufi terkemuka bernama Manshur bin Ammar berteman dengan seorang ahli ibadah yang baru saja bertaubat dari kehidupannya yang penuh dosa. Ahli ibadah tersebut dikenal rajin melakukan shalat malam dan berpuasa Senin-Kamis, tampak seperti seseorang yang benar-benar telah kembali ke jalan Allah.
Namun, suatu hari Manshur mendengar kabar bahwa sahabatnya tersebut sedang sakit. Ia pun segera bergegas menuju rumah sahabatnya untuk menjenguknya. Sesampainya di sana, Manshur disambut oleh anak perempuan dari sahabatnya itu dan diantar menuju tempat di mana ayahnya terbaring.
Sahabatnya itu tampak terbaring di atas ranjang di tengah rumah. Wajahnya menghitam, matanya berlinang air mata, dan bibirnya terlihat bengkak. Manshur mendekatinya dan berkata, “Wahai saudaraku, perbanyaklah berkata Laila ha illallah.” Namun, sahabatnya hanya membuka mata dan menatap Manshur dengan tajam, kemudian tak sadarkan diri.
Manshur mengulangi nasihatnya hingga tiga kali. Pada bisikan ketiga, sahabatnya terbangun dan berkata, “Wahai Manshur, aku telah terhalang dari kalimat itu. Lidahku kelu tidak mampu mengucapkannya.” Manshur terkejut mendengar pengakuan ini dan hanya bisa bergumam, “La hawla wala quwwata illa billahil aliyyil adhim’ (tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung).” Lalu, ia bertanya, “Wahai saudaraku, di manakah shalat, puasa, dan tahajudmu?”
Sang sahabat akhirnya mengakui bahwa taubatnya selama ini bukanlah karena Allah. Ia mengakui bahwa semua ibadahnya hanya dilakukan demi mendapatkan penghormatan dari orang lain. Saat sedang sendirian, ia sering kali mengabaikan ibadah dan malah terjerumus kembali ke dalam kemaksiatan. “Bila aku menyepi seorang diri, aku masuk ke dalam rumah dan menutup gorden. Aku minum khamar dan menentang Allah dengan kemaksiatan-kemaksiatan,” ungkapnya kepada Manshur.
Ketika penyakit menimpanya hingga hampir wafat, ia meminta anak perempuannya untuk mengambilkan mushaf dan berdoa, “Ya Allah, demi Allah yang menurunkan Alquran yang agung dengan kebenaran, mohon sembuhkanlah aku! Aku berjanji tidak akan kembali melakukan dosa untuk selamanya,” kata dia, seperti dituturkan Manshur. Allah pun mengabulkan doanya, dan ia sembuh dari penyakitnya.
Namun, setelah sembuh, ia kembali melakukan maksiat dan menghamburkan uangnya di jalan haram. Ia terlena dalam kesenangan dunia hingga beberapa lama. Sampai pada suatu hari, ia kembali diserang penyakit. Kondisi tubuhnya terus memburuk hingga sekarat.
Dalam kondisi tersebut, ia kembali meminta keluarganya untuk membawakan mushaf. Lalu, ia pun mulai membaca Alquran dan berdoa, “Ya Allah, demi Allah yang telah menurunkan kitab-Mu yang mulia, mohon sembuhkanlah aku dari penyakitku ini.”
Allah masih mendengar doa sahabat tersebut, dan penyakitnya kembali sembuh. Sayangnya, ia sekali lagi terjerumus ke dalam jurang dosa. Seperti sebelumnya, ia meminta keluarganya untuk mengambil mushaf. Namun kali ini, matanya sudah tidak bisa membaca.
Ia kemudian menceritakan kepada Manshur bahwa ketika ia berdoa kepada Allah SWT untuk memohon kesembuhan, tiba-tiba terdengar suara seperti orang memanggil, “Engkau bertobat tatkala engkau sakit dan kembali ke perbuatan dosa saat engkau sembuh. Betapa banyak Dia menyelamatkanmu dari kesusahan dan betapa banyak Dia menyingkap musibah saat engkau diuji. Tidakkah engkau takut kematian mendatangimu saat engkau bergumul dengan dosa yang kau mainkan?”
Setelah mendengar kisah sahabatnya, Manshur pun keluar dari rumah tersebut dengan air mata berlinang. Belum sampai Manshur tiba di depan rumah, sampailah kabar bahwa sahabatnya telah meninggal dunia.
Refleksi dan Hikmah
Kisah Perjalanan Tobat Seorang Ahli Ibadah di Basrah ini mengingatkan kita pada pentingnya ketulusan dalam beribadah dan betapa mudahnya manusia terjerumus dalam dosa tersembunyi ketika tidak ada yang melihat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tsauban, Rasulullah SAW telah menggambarkan fenomena ini dengan jelas.
“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu berterbangan.” (HR Ibnu Majah)
Hadis ini menggambarkan orang-orang yang secara lahiriah terlihat baik dan beribadah, tetapi ketika sendirian, mereka melakukan apa yang diharamkan Allah SWT. Ini adalah peringatan bagi kita semua agar tidak tertipu dengan penampilan luar semata.
Pesan Taubat
Fariq Gazim Anuz dalam bukunya, Taubat dari Dosa yang Tersembunyi, menjelaskan beberapa hal yang dapat membantu kita menghindari dosa tersembunyi:
- Taubat dari Dosa yang Berulang: Penting untuk menyadari dan mengakui kesalahan serta bertekad untuk tidak mengulanginya. Allah SWT selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang benar-benar ingin kembali kepada-Nya.
- Menumbuhkan Perasaan Diawasi Allah: Rasa bahwa Allah selalu mengawasi akan membuat kita lebih berhati-hati dalam setiap tindakan. Ibnu Rajab Rahimahullah berkata dalam kitabnya Syarhu Kalimat al Ikhlas, bahwa memiliki rasa malu kepada Allah adalah bagian dari iman yang dapat menjaga kita dari dosa.
- Menumbuhkan Perasaan Malu: Malu adalah bagian dari iman yang dapat membuat seorang hamba menjaga diri dari perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda, “Bersikap malulah kalian kepada Allah.” (HR at-Tirmidzi, an-Nasa’i)
Kisah ini dan ajaran dalam Islam mengingatkan kita untuk selalu introspeksi diri, menjaga keikhlasan dalam beribadah, dan berhati-hati terhadap godaan dunia yang bisa membawa kita jauh dari jalan Allah. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk menjauhi maksiat dan mendekatkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati.
baca juga informasi lain di infomenarik.org lainnya.