Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan terhadap profesi guru semakin tinggi. Sebagai calon pendidik yang sedang mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), saya mulai memahami bahwa sosok guru masa depan bukan hanya sekadar pengajar yang menyampaikan materi, melainkan juga seorang fasilitator, motivator, dan mentor yang dapat membimbing peserta didik untuk berkembang secara holistik. Berbekal pengalaman saya semasa bersekolah dan pengetahuan yang saya peroleh dari mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, saya semakin yakin akan pentingnya merumuskan sosok guru masa depan yang ideal, yang siap menghadapi berbagai tantangan dalam dunia pendidikan abad 21.
Saat masih duduk di bangku sekolah, saya menyadari bahwa peran seorang guru jauh melampaui sekadar menyampaikan materi pelajaran. Beberapa guru yang berkesan bagi saya bukan hanya karena keahlian mereka dalam mengajar, tetapi juga karena mereka mampu memperhatikan perkembangan pribadi setiap peserta didik. Mereka memberikan kesempatan bagi kami untuk berbicara, bertanya, dan merasa bahwa pendapat kami didengar. Guru-guru tersebut tidak hanya mengajar demi memenuhi kurikulum, tetapi berusaha untuk memahami karakter dan kebutuhan kami sebagai individu. Namun, saya juga pernah mengalami situasi di mana guru hanya fokus pada penyampaian materi tanpa berusaha untuk memahami konteks atau latar belakang peserta didik. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa seorang guru tidak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu, tetapi juga harus mampu membangun hubungan emosional yang kuat dengan peserta didik.
Pendidikan Profesi Guru (PPG) memberikan saya pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana menjadi seorang guru yang tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mendidik. Salah satu mata kuliah yang sangat berpengaruh dalam membentuk pandangan saya tentang sosok guru masa depan adalah Filosofi Pendidikan Indonesia. Melalui mata kuliah ini, saya mempelajari banyak pemikiran tokoh pendidikan, salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara, yang menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan. Konsep “Tut Wuri Handayani” yang beliau ajarkan mengingatkan saya bahwa peran guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pengarah yang memberi dukungan agar siswa dapat mandiri dalam proses belajarnya.
Di PPG, saya juga memahami bahwa guru masa depan harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang pesat. Misalnya, dalam menghadapi tantangan pendidikan abad 21, seorang guru harus menguasai pendekatan berbasis teknologi, seperti pemanfaatan platform pembelajaran digital dan media sosial untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar. Penggunaan teknologi ini bukan untuk menggantikan peran guru, tetapi untuk memperkaya dan memperluas pengalaman belajar peserta didik.
Selain itu, saya belajar bahwa seorang guru harus dapat menerapkan pendekatan pembelajaran yang inklusif. Di PPG, saya memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya mengenali keragaman siswa, baik dari segi kemampuan, minat, latar belakang sosial, maupun budaya. Oleh karena itu, seorang guru masa depan harus mampu menyusun pembelajaran yang dapat diakses oleh semua peserta didik, tanpa terkecuali. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk lebih sensitif terhadap perbedaan individu dan untuk memfasilitasi setiap peserta didik agar dapat berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Menurut saya, sosok guru masa depan harus memiliki tiga kualitas utama yakni kompetensi akademik, empati, dan kreativitas. Guru masa depan harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran, tetapi lebih penting lagi, mereka harus mampu menyampaikan materi tersebut dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Selain itu, guru masa depan harus mampu menciptakan hubungan yang positif dengan peserta didik. Mereka harus peka terhadap kebutuhan dan tantangan yang dihadapi peserta didik, serta memberikan dorongan agar mereka dapat belajar dengan penuh semangat dan percaya diri. Pengalaman di PPG mengajarkan saya bahwa peran guru dalam membimbing peserta didik untuk mengembangkan karakter dan keterampilan sosial mereka sangatlah penting. Seorang guru masa depan tidak hanya bertugas mengajarkan ilmu, tetapi juga harus menjadi seorang mentor yang mampu membimbing peserta didik untuk menemukan potensi diri mereka.
Selain itu, guru masa depan juga harus menjadi role model yang dapat dicontoh oleh peserta didik. Seorang guru harus memiliki integritas yang tinggi, empati terhadap peserta didik, dan komitmen yang kuat terhadap dunia pendidikan. Guru yang memiliki kualitas-kualitas ini akan menjadi inspirasi bagi peserta didik, membentuk karakter mereka, dan membimbing mereka menuju kehidupan yang lebih baik.
Mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, bersama dengan pengalaman saya selama bersekolah dan mengikuti PPG, telah memberikan gambaran yang jelas tentang sosok guru masa depan yang ideal. Seorang guru masa depan harus memiliki kompetensi akademik yang mumpuni, kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman, serta kecakapan dalam memahami keragaman peserta didik dan menerapkan pembelajaran yang inklusif. Sosok guru ini juga harus kreatif, empatik, dan memiliki semangat untuk terus belajar dan beradaptasi. Dengan bekal ini, saya berharap dapat menjadi guru yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membantu peserta didik menuju masa depan yang lebih cerah dan bermakna.