Nama : Yolla Anesti
NIM : 2486906095
UTS FILOSOFI PENDIDIKAN
Sosok Guru Masa Depan: Refleksi Pengalaman Pribadi dalam PPG dan Filosofi Pendidikan
Masa sekolah selalu memberi kesan mendalam bagi saya, baik itu dari sisi akademik maupun hubungan dengan guru. Saat bersekolah, saya melihat sosok guru sebagai pemegang kunci pengetahuan, yang memberi arahan dan instruksi dengan cara yang cukup konvensional. Mereka mengajarkan materi dengan tegas, tetapi seringkali tampak terbatas pada aspek kognitif saja. Seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan cara berinteraksi dengan dunia. Hal yang menjadi landasan pemikiran saya saat mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), di mana saya mulai merancang gambaran sosok guru masa depan.
Salah satu mata kuliah yang sangat memengaruhi pemikiran saya tentang guru masa depan adalah Filosofi Pendidikan. Melalui mata kuliah ini, saya tidak hanya belajar tentang teori-teori besar dalam dunia pendidikan, tetapi juga menemukan bagaimana nilai-nilai yang ada dapat diterjemahkan dalam praktik mengajar yang lebih manusiawi dan relevan dengan perkembangan zaman. Filosofi pendidikan memberikan saya perspektif baru tentang siapa sebenarnya seorang guru dan apa peranannya dalam kehidupan siswa.
Refleksi Pengalaman Saat Bersekolah
Pengalaman saya bersekolah sangat dipengaruhi oleh berbagai sosok guru yang saya temui. Beberapa guru hadir sebagai figur otoritatif yang hanya berfokus pada pencapaian akademik, sedangkan yang lain memberi perhatian pada perkembangan pribadi siswa. Saya ingat betul bagaimana beberapa guru memberikan pembelajaran yang sangat berstruktur dan kaku, sementara ada pula guru yang lebih luwes, mengajak kami berdiskusi, dan mendorong kami untuk berpikir kritis. Meskipun ada berbagai pengalaman yang menyenangkan, saya juga menyadari bahwa banyak hal yang kurang dalam hubungan antara siswa dan guru, terutama dalam hal pengembangan karakter dan pemahaman terhadap kebutuhan sosial dan emosional siswa. Dari sini, saya mulai berpikir bahwa menjadi guru bukan hanya sekadar mengajarkan materi, tetapi juga mengarahkan dan mendampingi siswa dalam mengarungi kehidupan mereka.
Pengaruh Filosofi Pendidikan dalam Pembentukan Sosok Guru Masa Depan
Di dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG), salah satu mata kuliah yang sangat memberi pengaruh besar pada pandangan saya tentang profesi guru adalah Filosofi Pendidikan. Mata kuliah ini membuka wawasan saya tentang berbagai pandangan filosofis yang mendasari sistem pendidikan, serta bagaimana filosofi tersebut dapat diterapkan dalam praktik mengajar. Filosofi pendidikan bukan hanya membahas teori pendidikan yang besar, tetapi juga mengajak saya untuk merefleksikan peran guru sebagai seorang pembimbing, fasilitator, dan agen perubahan.
Salah satu filosofi yang sangat memengaruhi pemikiran saya adalah filsafat progresivisme yang dikembangkan oleh John Dewey. Dewey berpendapat bahwa pendidikan harus berfokus pada pengalaman siswa dan relevansi dunia nyata, bukan hanya pada penguasaan teori. Sebagai seorang calon guru, saya menyadari bahwa saya tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga berperan dalam membimbing siswa untuk memahami dunia mereka dan mengembangkan potensi diri mereka. Dalam prakteknya, saya mencoba menggunakan pendekatan berbasis pengalaman, seperti pembelajaran berbasis proyek dan diskusi kelompok, untuk memberikan ruang bagi siswa agar dapat belajar dengan cara yang lebih aktif dan kontekstual.
Selama mengikuti PPG, saya memperoleh pengalaman langsung yang sangat mendalam saat melakukan praktik mengajar. Salah satu pengalaman yang saya ingat adalah ketika saya mengajarkan Bahasa Indonesia kepada siswa dengan cara yang lebih interaktif. Alih-alih hanya menyampaikan materi dari buku teks, saya mengajak siswa untuk berdiskusi mengenai surat resmi dan apa yang diketahui tentang surat resmi tersebut. Saya memberikan mereka tugas dalam bentuk proyek kelompok untuk menentukan unsur – unsur yang ada di surat resmi . Dengan cara ini, saya dapat merasakan betapa pentingnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Filosofi progresivisme mengajarkan saya bahwa guru masa depan harus mampu menciptakan pembelajaran yang relevan, memberi ruang bagi kreativitas, serta mendorong siswa untuk berpikir kritis.
Selain itu, saya juga banyak memetik manfaat dari pembelajaran tentang filsafat konstruktivisme, terutama yang dikemukakan oleh Piaget dan Vygotsky. Dalam filosofi ini, penekanan utama adalah pada pembelajaran yang aktif, di mana siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Dalam praktik mengajar, saya mencoba menerapkan pendekatan ini dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja dalam kelompok, berdiskusi, dan berbagi ide. Pendekatan ini tidak hanya membuat siswa lebih terlibat, tetapi juga mengasah kemampuan kolaborasi mereka—keterampilan yang sangat penting di dunia yang terus berubah.
Sosok Guru Masa Depan: Sebagai Pembimbing, Fasilitator, dan Teladan
Dari berbagai pengalaman ini, saya mulai merumuskan gambaran tentang sosok guru masa depan. Sosok guru yang saya bayangkan adalah seorang pembimbing, fasilitator, dan teladan. Sebagai pembimbing, seorang guru harus mampu mendampingi siswa dalam proses pembelajaran dan perkembangan diri mereka. Guru tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membantu siswa menemukan makna dan relevansi dari pembelajaran tersebut dalam kehidupan mereka.
Sebagai fasilitator, guru masa depan harus dapat menciptakan ruang yang mendukung siswa untuk belajar dengan cara yang aktif, kreatif, dan kontekstual. Dalam hal ini, guru tidak hanya berbicara di depan kelas, tetapi juga memberi ruang bagi siswa untuk berdiskusi, bertanya, dan mengeksplorasi berbagai topik. Teknologi pendidikan yang semakin maju juga memungkinkan guru untuk mengakses berbagai sumber pembelajaran yang lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan siswa.
Yang terakhir, seorang guru masa depan harus mampu menjadi teladan dalam segala hal. Guru adalah model perilaku yang akan diikuti oleh siswa, baik dalam hal etika, cara berinteraksi dengan orang lain, maupun cara berpikir. Dalam hal ini, filosofi pendidikan mengajarkan bahwa pendidikan bukan hanya soal mengajar pelajaran, tetapi juga membentuk karakter dan budi pekerti siswa.
Melalui pengalaman bersekolah dan mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), saya menyadari bahwa sosok guru masa depan harus lebih dari sekadar pengajar. Guru masa depan adalah pembimbing, fasilitator, dan teladan yang mampu memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Filosofi pendidikan, khususnya progresivisme dan konstruktivisme, memberikan saya landasan untuk merancang pendekatan pembelajaran yang lebih manusiawi dan relevan dengan kebutuhan siswa saat ini. Saya percaya bahwa dengan mengintegrasikan filosofi pendidikan dalam praktik mengajar, kita dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh, kreatif, dan berkarakter.
Daftar Rujukan
1. Dewey, J. (1916). Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of Education. New York: Macmillan.
2. Piaget, J. (1972). The Psychology of the Child. New York: Basic Books.
3. Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Cambridge: Harvard University Press.