Sosok Guru Masa Depan
Keluarga guru itulah sebutan orang-orang untuk keluarga saya!. Saya terlahir dari keluarga guru, dimana nenek, kakek, ibu, saudara dan saudari ibu saya adalah seorang guru. Begitu banyak peran guru yang saya rasakan mulai dari saya kecil hingga saat inipun tidak bisa lepas andil dari seorang guru. Guru pertama saya adalah ibu saya sendiri, ialah yang mengajarkan saya banyak hal yang bahkan tidak bisa disebutkan satu persatu. Lalu dilanjutkan pada masa sekolah mulai dari jenjang TK, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, S1, bahkan saat ini PPG. Semuanya berjalan dengan baik karena adanya guru.
Menurut saya guru berperan penting dalam dunia pendidikan yang mana guru akan membimbing, mengajar, dan memfasilitasi proses belajar siswa. Tak hanya itu guru lah yang membantu dalam membentuk karakter, memberikan inspirasi, serta menanamkan nilai-nilai kehidupan. Sesuai dengan 3 kalimat bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara yang bermakna bahwa seorang guru harus bisa menjadi contoh yang baik/ tauladan di depan siswa, memberikan semangat dan motivasi ketika bersama siswa, serta mendukung dari belakang agar siswa bisa belajar mandiri. Dengan cara ini, guru membantu siswa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mandiri.
Sejauh ini yang saya ketahui salah satu profesi yang sangat mulia dan menjadi amal jariyah kita sebagai umat muslim adalah Guru, karena guru tidak hanya mengajarkan ilmu akan tetapi mendidik karakter, adab, etika, sosial dan lain sebagainya. Baik buruknya anak bangsa tergantung pada bagaimana guru itu mendidiknya. Saya ingat sekali bagaimana guru-guru saya mendidik dan mengajari saya saat masa-masa sekolah. Ada yang sabar, ramah, pemarah, jutek, tegas, dan lain sebagainya. Ada guru yang setiap mata pelajaran dengannya adalah hal-hal yang saya tunggu dan ada juga mata pelajaran yang tidak saya sukai karena gurunya. Guru yang paling membekas diingatan saya adalah guru yang mengajarnya paling baik (menyenangkan) dan guru yang kurang baik dalam mengajar.
Dalam pandangan saya menjadi guru adalah ia orang yang dihargai, dimanapun ia berada bilamana ada siswanya sekarang/ dulu maka akan tetap disalam dan disapa sehingga memilii relasi yang luas, ia adalah orang yang akan terus belajar, ia yang harus tetap terlihat prima dalam mengajar, guru yang akan menjadi sosok panutan seseorang. Saya ingat dosen saya pernah berpesan “walaupun kamu mengajar ilmu dunia tetapi itu tetap bernilai pahala dalam agama karena kamu mengajarkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain”. Karena ini lah saya ingin menjadi guru, saya ingin bermanfaat bagi orang lain, saya ingin memiliki relasi yang luas, saya ingin walaupun sudah tua saya tetap dikenang oleh siswa-siswa saya. Saya dulu pernah mengajar disalah satu SMA yang mana saat saya berhenti itu membuat siswa bersedih, bahkan mereka meminta saya untuk mengajar lagi. Ini membuat saya merasa dihargai, dibutuhkan, dan dirindukan oleh siswa-siswa saya.
Saya ingin hadir kembali dengan versi yang lebih baik lagi, oleh sebab itu saya mengikuti program PPG ini, saya ingin menjadi lebih profesional dalam mengajar. Disini saya belajar banyak hal, pastinya sesuatu yang tidak sepenuhnya saya dapatkan saat jenjang S1. Mulai dari bagaimana perkembangan pendidikan dari zaman kolonial hingga saat ini, pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, asesmen yang tidak hanya sebatas angka, metode pembelajaran yang bervariasi, beda siswa beda pula gaya belajarnya, setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda dan setiap generasi memiliki keunikannya masing-masing sehingga kita menjadi guru harus selalu update bagaimana karakteristik dari siswa dan menyesuaikan dengan gaya belajarnya.
Mengikuti Pendidikan Profesi Guru membuat saya sadar bahwa sosok guru masa depan akan berbeda dari guru zaman dulu, terutama dalam cara dan metode mengajar. Di era digital ini, teknologi sudah berkembang pesat dan membuka banyak kesempatan bagi guru untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih aktif dan menarik. Saya belajar bahwa guru masa depan perlu menjadi fasilitator atau pendamping yang inovatif, yang dapat menggunakan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran. Guru masa depan bukan lagi satu-satunya sumber informasi di kelas, tetapi lebih menjadi pembimbing yang membantu siswa menemukan dan memahami informasi yang tersedia di dunia digital.
Selain itu, Pendidikan Profesi Guru mengajarkan saya pentingnya menjadi guru yang reflektif, yang selalu menilai dan memperbaiki cara mengajarnya sendiri. Dalam berbagai mata kuliah, saya dilatih untuk mengevaluasi metode yang sudah diterapkan, memperbaiki kekurangan, dan mencari strategi baru yang lebih efektif. Saya memahami bahwa guru masa depan perlu memiliki kemampuan untuk terus memperbarui diri, baik dalam hal pengetahuan maupun pendekatan psikologis dan sosial yang digunakan dalam mendidik siswa. Guru masa depan harus bisa mengenali dan menghargai perbedaan siswa, baik dari segi kemampuan, budaya, maupun cara belajar. Guru masa depan bukan hanya mengajar untuk kelompok tertentu, tetapi untuk semua siswa tanpa terkecuali dan tanpa membedakan status sosialnya. Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa menjadi guru bukan sekadar menyampaikan materi, tetapi juga bagaimana merangkul semua siswa dalam proses belajar mereka.
Dari pengalaman saya di masa lalu dan pembelajaran di Pendidikan Profesi Guru, saya membayangkan sosok guru masa depan yaitu sebagai sosok yang mampu membawa perubahan positif di dunia pendidikan. Guru yang menginspirasi, mengajar dengan hati, dan selalu mau belajar untuk memperbaiki diri. Saya ingin dikenal siswa sebagai guru yang menginspirasi, menyenangkan, panutan, dan mengerti siswanya. Sosok guru masa depan ini adalah sosok yang saya harapkan dapat saya wujudkan, demi masa depan pendidikan yang lebih baik dan cerah untuk generasi mendatang tidak hanya tentang ilmu, sikap, sifat, etika siswa tapi juga jalinan tali silaturahmi dan relasi.